Pernah Berjaya Namun Kini Tinggal Nama, Ini Deretan Potret Bandara Internasional Kemayoran Dulu dan Sekarang

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tahu gak gaes? Apa nama bandara internasional pertama yang dimiliki Indonesia? Bukan Soekarno-Hatta lho ternyata, melainkan sebuah bandara yang berlokasi di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Yup, gak banyak yang tahu kalau ternyata dahulu Indonesia punya bandara internasional pertama di Kemayoran. Sejarah bandara ini dimulai 80 tahun silam gaes, tepatnya 6 Juli 1940, atau 5 tahun sebelum Indonesia merdeka.

Bandara Kemayoran dibangun sejak tahun 1934 oleh Belanda. Dan pada 9 Februari 1942, bandara ini sempat diserang pesawat tempur milik Jepang gaes. Sejak itu, Bandara Kemayoran akhirnya dikuasai Jepang usai Belanda menyerah melalui pertemuan Kalijati, 8 Maret 1942.

Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan bandara dikendalikan langsung oleh pemerintahan Soekarno. Tepatnya di tahun 1950-an.

Seiring waktu, pengelolaan bandara itu diserahkan ke Djawatan Penerbangan Sipil, yang sekarang lebih dikenal sebagai Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Sekitar tahun 1960-an, pengelolaannya diserahkan lagi kepada BUMN yang bernama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran.

Bandara Internasional Kemayoran mencapai puncak kejayaan dalam periode 1970 hingga 1980-an. Deretan maskapai hilir mudik di bandara itu. Bahkan frekuensi penerbangan di sana bisa mencapai 100 ribu pesawat tiap tahun.

Pengelola pun sempat kewalahan. Akhirnya, pemerintah memindahkan penerbangan internasional ke Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. Sementara penerbangan domestik tetap ada di Bandara Kemayoran.

Sampai akhirnya Bandara Soekarno-Hatta dibuka pada 1 Mei 1985, Bandara Kemayoran resmi ditutup untuk selama-lamanya.

Sebagai bandara internasional kala itu, Bandara Kemayoran terbilang cukup besar gaes. Punya dua landasan pacu yang bersilangan, yakni landasan pacu utara-selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan pacu barat-timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter.

Kalau kamu penasaran, sebenarnya jejak bandara tersebut masih bisa lho disaksikan sampai sekarang. Kalau kamu pernah ke Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan melintasi Jalan Benyamin Syueb dan Jalan HBR Motik, maka di situlah letak dua landasan pacu tersebut. Landasan pacu pertama menjelma menjadi Jalan Benyamin, sementara landasan kedua berubah menjadi Jalan HBR Motik.

Hingga kini juga masih berdiri sebuah menara yang dulunya berfungsi sebagai Air Traffic Control (ATC) bandara tersebut. Meski tentu saja, kondisinya sudah tidak terurus dan dilupakan banyak orang.

Berikut deretan potret Bandara Internasional Kemayoran dulu dan sekarang:

(Dulu)

(Sekarang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini