MATA INDONESIA, WASHINGTON – Perancang dan pengagas penyerbuan Amerika Serikat ke Irak, Donald Rumsfeld yang juga mantan menteri pertahanan AS meninggal dunia, Kamis 1 Juli 2021.
Mengutip AP, keluarga besar Rumsfeld mengumumkan meninggalnya politikus Partai Republik bukan karena Covid-19 dan pada usia 88 tahun di kediamannya di Taos, New Mexico.
Donald Rumsfeld lahir 9 Juli 1932 di Chicago sebelum terjun ke dunia politik dikenal sebagai atlet gulat dan football Amerika. Ia menempuh pendidikan di Universitas Princeton dan setelah lulus melamar ke Angkatan Laut AS.
Karier militer Rumsfeld tidak berkembang. Ia kemudian memilih dunia politik pada usia 30 tahun dan terpilih menjadi anggota Kongres AS dari daerah pemilihan Illinois. Meski ia dari Partai Republik, ia menjadi pendukung gerakan hak-hak sipil kaum Afrika-Amerika, dan juga menyoroti tentang keterlibatan AS dalam Perang Vietnam.
Pada usia 43 tahun, Rumsfeld didapuk sebagai menteri pertahanan di era Presiden Gerald Ford di 1975. Dia kembali menduduki jabatan yang sama di era pemerintahan Presiden George Walter Bush.
Di masa pemerintahan Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney, Rumsfeld memutuskan menyerbu Afghanistan pada Desember 2001. Dia beralasan membalas perbuatan Al-Qaidah terkait teror Gedung World Trade Center di New York pada 11 September 2001.
Selain itu, AS juga menyerang kelompok Taliban yang diduga memberi perlindungan kepada Al-Qaidah yang saat itu dipimpin Osama bin Laden. Karena keputusan itu, citra Rumsfeld sebagai politikus terangkat.
Akan tetapi, citra itu perlahan pudar ketika Rumsfeld dan Bush memutuskan menyerang Irak pada 20 Maret 2003, dengan dalih mencari senjata pemusnah massal. Alhasil rezim pemerintahan Irak yang saat itu dipimpin Saddam Hussein, runtuh dan membuat situasi semakin kacau dan memicu perang saudara.
Setelah Partai Baath yang didukung Saddam Hussein bubar, kelompok Muslim Sunni yang tadinya berlindung di bawah kekuatan politik itu memberontak terhadap mayoritas kaum Syiah. Sementara kelompok Syiah juga membentuk milisi dan mendapat bantuan dari Iran.
Akibat penyerbuan itu, Irak juga menjadi salah satu lahan subur berkembangnya kelompok bersenjata dan teroris. Padahal sampai saat ini tuduhan senjata pemusnah massal yang diduga dimiliki Irak sulit dibuktikan.