Penurunan Suku Bunga Acuan Jadi Sentimen Tambahan Keperkasaan Rupiah 

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dari level 6,00 persen ke level 5,75 persen. Hal ini dinilai menjadi sentimen tambahan bagi penguatan mata uang Garuda ke depan.

Merujuk data dari RTI Business, pada penutupan hari Jumat 19 Juli 2019, posisi rupiah terhadap dolar AS turun 0,18 persen ke level 13.935 per dolar AS.

Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa pengutaan rupiah dipengaruhi oleh beragam faktor.

“Setelah sebelumnya didukung oleh faktor sentimen data neraca perdagangan di bulan Juni yang surplus, penurunan suku bunga acuan ini akan menjadi sentimen positif tambahan bagi penguatan rupiah,” ujarnya kepada Mata Indonesia News belum lama ini.

Efek penguatan rupiah, katanya, tentu bisa berdampak pada lebih stabilnya harga barang impor. Hal ini menjadi penting mengingat industri dalam negeri bergantung pada impor bahan baku pendukung industri. Dengan potensi harga barang impor yang lebih stabil, pelaku industri bisa sedikit leluasa dalam melakukan ekspansi usaha.

“Jika industri bisa berekspansi, hal ini akan berdampak positif pada perekonomian Indonesia, karena Industri merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam Produk Domestik Bruto Indonesia,” ujar dia.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga ikut berpendapat. Ia berkata, penurunan suku bunga acuan sesuai dengan perkiraannya. Keputusan BI sendiri didasari oleh dua penyebab yaitu tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi tingkat inflasi yang diperkirakan akan berada di bawah nilai tengah rentang target 3,5 persen.
Sementara dari sisi pertumbuhan ekonomi, dengan penurunan suku bunga acuan BI diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tahun ini yang diperkirakan cenderung lebih rendah dari titik tengah target asumsi pertumbuhan BI yakni 5,2 persen.

Dengan pelonggaran kebijakan moneter BI tsb diperkirakan akan mendorong penurunan cost of fund (sumber dana bank) yang selajutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit.

“Dengan demikian, penurunan cost of fund juga akan berdampak positif bagi investasi baik investasi portofolio dan Penanaman Modal Dalam Negeri serta Penanaman Modal Asing,” kata Josua.

Apalagi, lanjut Josua, dari sisi fiskal pun pemerintah merencanakan utk memangkas Pph badan menjadi 20 persen dari sebelumnya 25 persen. Selain itu, pemerintah pusat pun akan memberikan insentif pajak super deduction bagi industri yang pro-vokasi yang diharapkan akan dapat menarik investasi di sektor riil.

Di sisi lain, BI memprediksi adanya pelebaran CAD pada kuartal 2 mengingat adanya perlambatan yang signifikan dari pertumbuhan ekspor. Meskipun, BI tetap memprediksi bahwa Neraca Pembayaran Indonesia masih akan berada di level stabil akibat kenaikan di neraca finansial dan kapital mengingat pada kuartal 2 ini arus aliran masuk ke pasar keuangan Indonesia cukup deras. (Krisantus de Rosari Binsasi)

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini