Penguasa Taliban Sekolahkan Anak Perempuan Mereka di Luar Negeri

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Perempuan dan pendidikan di Afghanistan masih terus menjadi perbincangan. Beberapa bulan setelah kelompok Taliban ke tampuk kekuasaan, sejumlah pelajar perempuan dan kepala sekolah di 13 provinsi mengaku frustrasi.

Penyebabnya karena Taliban melarang remaja perempuan mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah menengah. Perasaan frustrasi tersebut hadir, meski Taliban berjanji akan memberikan remaja perempuan hak yang sama dan kebebasan dalam pendidikan.

Yang menjadi pertanyaan berikutnya, bagaimana pendidikan anak-anak perempuan kelompok Taliban? Berdasarkan laporan Lembaga Independen Jaringan Analis Afghanistan (AAN), sejumlah elite dan penguasa Taliban menyekolahkan anak-anak perempuan mereka ke sekolah dan universitas di luar negeri.

Putri dari seorang menteri Taliban saat ini dan mantan anggota dewan kepemimpinan kelompok Taliban saat ini menempuh pendidikan kedokteran di sebuah universitas di Qatar, demikian laporan AAN.

“Anggota Taliban dan keluarga mereka yang tinggal di sini (di Qatar) memiliki tuntutan kuat untuk pendidikan modern dan tidak ada yang menentangnya untuk anak laki-laki atau perempuan dari segala usia,” kata seorang pejabat Taliban yang sebelumnya berbasis di Qatar, melansir Telegraph, Selasa, 8 Februari 2022.

Beberapa pejabat memilih untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah yang menggabungkan pembelajaran barat dengan ajaran agama, yang dikenal sebagai sistem Iqra. Di negara tetangga Pakistan, di mana banyak pemimpin Taliban menghabiskan dua dekade terakhir di pengasingan.

Pejabat Taliban lainnya telah mendaftarkan anak-anak mereka di sekolah swasta Pakistan di Qatar, yang mengikuti kurikulum Pakistan tetapi masih mengajarkan pelajaran dalam bahasa Inggris.

“Sistem Iqra sangat baik untuk Taliban yang ingin mendidik anak laki-laki dan perempuan mereka. Ini adalah sistem pendidikan Islam yang mengajarkan mata pelajaran sekolah modern dan mata pelajaran madrasah,” kata seorang pejabat Taliban di Pakistan kepada AAN.

“Sebagian besar teman kami mencari sistem campuran semacam ini, dan setelah sistem ini diterapkan di beberapa kota seperti Karachi dan Quetta, mereka mengirim anak laki-laki dan perempuan mereka ke sekolah ini,” sambungnya.

Afghanistan telah dirusak oleh kemiskinan sejak Taliban merebut kekuasaan. Jutaan anak menderita kekurangan gizi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sementara PBB telah memperingatkan bahwa 97 persen warga Afghanistan akan hidup di bawah garis kemiskinan.

Taliban telah melarang anak perempuan di Afghanistan bersekolah di atas usia 12 tahun di lebih dari dua pertiga dari 34 provinsi di negara itu. Membuat banyak pihak prihatin akan masa depan anak-anak Afghanistan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini