MATA INDONESIA, JAKARTA – Penggunaan kotak amal bagi teroris untuk menggalang dana ternyata memperlihatkan bahwa daya tarik isu agama masih kuat bagi sebagian masyarakat. Pengamat interlijen dan terorisme Stanislaus Riyanta menilai bahwa hal ini menjadi salah satu sektor yang dieksploitasi oleh kelompok teroris.
“Daya tarik isu agama sangat kuat, ini yang dimanfaatkan oleh kelompok tersebut,” kata Stanislaus Riyanta kepada Mata Indonesia News, Kamis 25 Maret 2021.
Hal ini tidak lepas dari Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri yang menangkap 18 terduga teroris di wilayah Sumatera Utara pada 24 Maret 2021. Saat itu polisi juga menemukan barang bukti 31 kotak amal yang diduga terkait dengan tindakan terorisme. Hal ini ditegaskan oleh Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi.
“Selain terduga (teroris) ada 31 kotak amal yang diamankan dari 13 titik di Sumut. Saat ini barang bukti sudah dikumpulkan oleh teman-teman Densus 88 dan Polres Tanjung Balai. Yang sudah kita amankan ada di wilayah Tanjung Balai,” kata Kombes Pol Hadi.
Stanislaus menilai bahwa penggalangan dana penting dalam aksi teror supaya menghindari aksi yang cenderung tidak terstruktur.
“Dana dan logistik ini sangat penting, tanpa dana atau logistik organisasi dan aksi tidak akan jalan, kecuali aksi nekat dan serampangan,” kata Stanislaus.
Modus penggalangan dana untuk aksi terorisme bukanlah hal baru dalam terorisme. Seperti halnya kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang mampu mengatur asetnya.
“JI pada umumnya, jauh lebih pintar mengatur asetnya, dari pada organisasi lain, mereka juga organisasi yang punya strategi jangka panjang. Mereka betul-betul melihat 25 tahun ke depan, tidak ada organisasi lain yang bisa bersaing dengannya,” kata Sidney.
