Pengamat: Novel Baswedan dkk Tidak Legowo karena Diberhentikan KPK

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pengamat sekaligus Direktur Lembaga Kajian Anak Bangsa, Rudi Kamri menegaskan bahwa sikap tidak ‘lapang dada’ atau legowo diperlihatkan oleh Novel Baswedan serta pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lainnya yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK). Hal ini terlihat dari pergerakan mereka ke berbagai pihak untuk mencari dukungan.

“Masalah ini sudah dipolitisasi Novel dkk tidak legowo, dia sowan kesana kemari minta dukungan, tapi tidak introspeksi diri kenapa tidak lulus TWK harusnya itu,” kata Rudi Kamri di kanal Youtube Kanal Anak Bangsa, Selasa 1 Juni 2021.

Selain itu, Rudi juga mengkritik sikap penyidik senior KPK, Novel Baswedan yang terkesan masih bersikeras menolak keputusan pemberhentian 51 pegawai KPK. Ia menilai Novel Baswedan sebagai sosok yang arogan.

“Bukan memaksakan untuk lulus karena merasa paling baik. Merasa hebat itu adalah virus atau racun yang bisa membunuh akal sehat manusia, ada arogansi dan kesombongan dari Novel Baswedan dkk,” kata Rudi.

Adapun 75 pegawai KPK yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK) dalam proses alih status pegawai menjadi aparatur sipil negara (ASN) meliputi direktur, kepala bagian, penyidik hingga penyelidik. Mereka yang tidak lulus dinyatakan tidak memenuhi syarat.

Maka, Menkumham, MenPAN-RB, Kepala BKN, Kepala LAN, hingga pimpinan KPK memutuskan memberhentikan 51 orang dari 75 pegawai yang tidak lolos TWK. Sementara untuk 24 pegawai lainnya diputuskan untuk dibina ulang.

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini