Pengamat : MIT Terlalu Esktrem, Harus Ditumpas

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sudah terlalu ekstrem karena tidak segan melakukan pembantaian sadis terhadap masyarakat yang dinilai tidak sepaham. Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta menilai bahwa MIT harus ditumpas dan dikejar karena sudah melakukan aksi teror dengan senjata api.

“Kalau sudah melakukan aksi teror apalagi dengan menggunakan senjata api maka harus dikejar dan ditumpas, ideologi radikalnya sudah sangat ekstrem,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Jumat 5 Maret 2021.

Salah satu bentuk kekejaman MIT terlihat dari pembantaian terhadap satu keluarga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, 27 November 2020 lalu. Selain melakukan pembantaian, mereka juga membakar tujuh rumah di wilayah sekitar.

Bahkan insiden ini menuai reaksi dari pemerintah melalui Menkopolhukam Mahfud MD. Ia mengutuk keras tindakan teror ini dan menginstruksikan agar mengejar kelompok teroris MIT.

Satgas Madago Raya pun dibentuk menggantikan Satgas Tinombala untuk mengejar Ali Kalora beserta pengikutnya. Hasilnya, beberapa waktu lalu terjadi baku tembak antara aparat keamanan dan kelompok MIT.  Pasca insiden tersebut, dua orang anggota MIT tewas, sementara satu prajurit TNI gugur.

Kapolda Sulteng Irjen Pol Drs Abdul Rakhman Baso menegaskan bahwa saat ini kelompok MIT sudah kekurangan bahan logisitik dan persenjataan.

“Mereka kekurangan logistik dan bahan makanan. Senjata yang dimiliki kelompok MIT ini tinggal tiga pucuk yaitu dua pucuk senjata pendek dan satu pucuk senjata api panjang,” kata Abdul Rakhman.

Kini, anggota kelompok MIT tersisa sembilan orang lagi dan aparat masih terus mengejar Ali Kalora beserta pengikutnya itu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Wujudkan Pilkada Damai, Masyarakat Harus Lebih Bijak Gunakan Media Sosial

Jakarta - Masyarakat perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial untuk mewujudkan Pilkada Serentak 2024 yang Damai. Pusat Riset Politik...
- Advertisement -

Baca berita yang ini