MATA INDONESIA, JAKARTA-Hebohnya temuan potensi tsunami terbesar setinggi 20 meter bakal melanda Indonesia yang diungkap pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dibenarkan juga oleh Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Pihaknya mengaku telah melakukan riset terkait potensi tsunami besar itu. Mereka bahkan sudah menjelajahi sepanjang garis pantai selatan Jawa sampai menyeberang ke Nusa Tenggara Barat.
“Kami menemukan paling tidak, ada tiga sampai empat bukti geologi bahwa tsunami besar yang diakibatkan oleh gempa besar megathrust selatan Jawa itu paling enggak pernah terjadi empat kali,” ujar terang Purna Sulastya Putra selaku salah satu peneliti yang terlibat, Jumat 25 September 2020. “Empat kali itu kita temukan dalam (rentang) tiga ribu tahun lalu.”
Menurut Purna, empat kali gempa itu diperkirakan terjadi pada 400 sampai 500, 1.000, 1.800, dan 3.000 tahun lalu. Gempa itu berkekuatan di atas magnitudo 9 dan mengakibatkan tsunami besar di selatan Jawa.
Patut diwaspadai, sampai saat ini kata dia, belum ada teknologi yang bisa mendeteksi secara pasti kapan gempa akan terjadi. Namun dari hasil penelitian dan bukti geologi yang ada, siklus gempa besar yang memicu tsunami dahsyat ini terjadi sekitar 600 sampai 800 tahun sekali.
Lantas bila demikian, kapan gempa dahsyat itu kemungkinan akan terjadi? “Kalau kejadian terakhir itu 400 tahun yang lalu, maka bisa jadi 200 tahun yang akan datang (gempa dan tsunami besar) itu akan kejadian,” ujar Purna.
Bahkan menurut Purna potensi tsunami dahsyat ini tak hanya ditemui di selatan Jawa tetapi juga di bagian utara. Hanya saja, daerah Banten merupakan yang paling parah karena juga dilengkapi dengan keberadaan Gunung Anak Krakatau dan sesar aktif yang banyak.
Saat ini, imbuh Purna, sumber daya manusia dan teknologi Indonesia belum mencukupi untuk bisa memitigasi bencana sebesar ini. Oleh karenanya Purna kemudian memberi saran, seperti dengan terus memberi edukasi bahwa masyarakat yang bersangkutan tinggal di kawasan rawan tsunami.
Dengan edukasi yang cukup, masyarakat bisa langsung mencari tempat untuk mengamankan diri. Selain itu, pemerintah harus membangun jalur dan lokasi evakuasi di sekitar pantai, terutama bila wilayah pesisir jauh dari dataran tinggi.