Pemimpin Kudeta Militer Sudan Pecat 6 Dubes

Baca Juga

MATA INDONESIA, KHARTOUM – Usai mengambil alih pemerintahan, pemimpin kudeta militer Sudan, Jenderal Abdel-Fattah al-Burhan dilaporkan memecat enam duta besar, termasuk utusan untuk Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Prancis.

Pemecatan mereka terjadi beberapa jam sebelum Dewan Keamanan PBB mengeluarkan pernyataan pertamanya tentang peristiwa kudeta di Sudan. Di mana DK PBB menyerukan pemerintah transisi sipil untuk kembali berkuasa dan bagi mereka yang ditahan selama kudeta untuk dibebaskan.

Para diplomat telah menjanjikan dukungan mereka untuk pemerintahan Perdana Menteri Sudan, Abddalla Hamdok yang sekarang digulingkan. Pejabat yang enggan disebutkan namanya itu juga mengungkapkan bahwa duta besar Sudan untuk Qatar, Cina, dan misi PBB di Jenewa juga dipecat.

Para duta besar tersebut dipecat dua hari setelah sang jenderal membubarkan pemerintah transisi dan menahan perdana menteri serta beberapa pejabat pemerintah. Namun, laporan terbaru menyatakan bahwa Jenderal Abdel-Fattah al-Burhan mengizinkan Hamdok pulang setelah tekanan internasional untuk pembebasannya.

Pernyataan PBB yang dirilis pada Kamis (28/10) telah disetujui oleh 15 anggota dewan tetapi melalui beberapa revisi, kata para diplomat, terutama untuk mengatasi keberatan dari Rusia, yang tidak ingin mengutuk pengambilalihan militer seperti yang semula diusulkan dalam naskah rancangan Inggris.  

Sebelumnya, Abdel-Fattah al-Burhan mengatakan, pasukan militer terpaksa mengambil alih pemerintahan karena pertengkaran antara partai politik yang dia klaim dapat menyebabkan perang saudara.

Namun, kudeta mengancam untuk menghentikan transisi Sudan yang gelisah menuju demokrasi, yang dimulai setelah penggulingan penguasa lama Omar al-Bashir pada 2019 dan pemerintah Islam-nya dalam pemberontakan rakyat.

Nureldin Satti, utusan Sudan untuk AS, mengatakan bahwa ia bekerja dengan diplomat Sudan di Brussels, Paris, Jenewa dan New York untuk melawan kudeta demi mencapai tujuan pemberontakan terhadap al-Bashir.

Aktivis mengedarkan video di media sosial yang menunjukkan sebagian besar jalan-jalan di ibu kota kosong, dengan banyak toko kecuali bahan makanan dan toko roti tutup.

Sebelumnya, pengunjuk rasa menyerukan pemogokan nasional untuk menekan militer agar melepaskan kekuasaan. Awal pekan ini, lebih dari 30 diplomat Sudan di dalam dan di luar Sudan mengutuk pengambilalihan militer dalam sebuah pernyataan bersama, menyatakan bahwa para duta besar di Belgia, Swiss, dan Prancis telah berjanji untuk terus setia kepada pemerintah Hamdok.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini