MATA INDONESIA, TEHERAN – Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khomaeni menanggapi secara terbuka mengenai protes terbesar di Iran dalam beberapa minggu terakhir.
Ia mengutuk kerusuhan yang terjadi di Iran dan menuduh Amerika Serikat (AS) dan Irael merupakan pihak yang merencanakan aksi protes tersebut.
Kerusuhan akibat kematian Mahsa Amini di dalam tahanan polisi moral Iran, berkobar ke seluruh negeri hingga tiga minggu terakhir. Hal ini terjadi meskipun ada upaya pemerintah untuk menindak protes tersebut.
Pada hari Senin, 3 Oktober 2022 Iran menutup universitas teknologi unggulannya akibat kebuntuan selama berjam-jam antara mahasiswa dan polisi.
Keadaan ini mengubah instutusi bergengsi itu menjadi titik nyala protes terbaru dan berakhir dengan ratusan anak muda yang tertangkap.
Kepada kader mahasiswa Teheran, Khomaeni mengatakan pihaknya sangat sedih dengan kematian mahsa Amini. Namun ia juga mengecam protes yang ia nilai sebagai plot asing untuk mengacaukan Iran.
Melansir dari ABC News, ia mengatakan “Kerusuhan ini sudah direncanakan. Kerusuhan dan ketidakamanan ini dirancang oleh Amerika dan rezim Zionis, dan karyawan mereka.”
Sementara itu, Universitas Teknologi Sharif di Teheran mengumumkan bahwa hanya mahasiswa doktoral yang boleh berada di kampus sampai pemberitahuan lebih lanjut mengenai kekacauan di sekitar kampus.
Para saksi mata mengatakan bahwa polisi menahan ratusan mahasiswa di kampus dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi. Asosiasi mahasiswa mengatakan petugas berpakaian preman mengepung sekolah dari semua sisi ketika protes mengguncang kampus.
Presiden Joe Biden mengatakan dia tetap merasa sangat prihatin dengan laporan tentang tindakan keras yang semakin intensif terhadap para pemrotes di iran. Termasuk juga pelajar dan wanita yang menuntut persamaan hak dan martabat dasar manusia mereka.