MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebagai salah satu negara dengan laut terluas di dunia, masyarakat di Indonesia kerap menggantungkan hidupnya dari laut. Khususnya yang berada di wilayah pesisir. Saat ini setidaknya ada 2,3 juta orang di wilayah Nusantara yang berprofesi sebagai nelayann.
Nelayan di Indonesia tergolong kecil atau nelayan yang menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi walau penangkapan ikan lazim menggunakan kapal tangkap ikan, di Indonesia mayoritas kegiatan itu dilakukan tanpa kapal penangkap.
Konsekuensi dari luas dan beragamnya kondisi perairan Indonesia adalah sangat besarnya potensi perikanan di negeri ini. Dari catatan Kementerian BUMN, potensi perikanan laut mencapai 12,54 juta ton per tahun dan perikanan darat sebesar tiga juta ton per tahun.
Nelayan di negara kepulauan ini juga memegang peran penting bagi masa depan ekonomi dan kedaulatan pangan bangsa. Pasalnya, 54 persen asupan protein nasional diperoleh dari kontribusi nelayan melalui produk ikan dan makanan laut lainnya.
“Dengan kondisi begitu, nelayan Indonesia tidak boleh seperti ayam yang kelaparan di lumbung padi. Dengan potensi sebesar itu harus ada cara bagaimana kita bisa memenuhi kesejahteraan nelayan sekaligus memenuhi kebutuhan pangan nasional,” ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir.
Lantaran itulah, demi kemajuan perikanan Indonesia, Erick Thohir mengaku hendak membangun ekosistem perikanan Indonesia lewat kolaborasi BUMN. Dengan Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, hingga Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI). Erick juga akan mendorong BUMN seperti Himbara, Perindo, Perinus, hingga PNM untuk terlibat dalam ekosistem tersebut.
“Tantangan di sektor perikanan sangat kompleks. Kita harus ikut perubahan. Kalau kita berdiam diri, kita tidak akan ke mana-mana,” ujar Erick.
Saat berkunjung ke sejumlah daerah dan berdiskusi dengan para nelayan, Erick juga mengaku mendapat informasi dari nelayan yang berhadapan pada sejumlah hal yang memengaruhi produktivitas. Baik itu dari sisi permodalan, pendampingan, hingga akses pasar.
Pembangunan ekosistem perikanan akan meniru jejak kesuksesan ekosistem pertanian dalam program Makmur. Terintegrasi dari hulu ke hilir, dan telah menjangkau 200 ribu hektare pada empat komoditas utama. Yakni sawit, tebu, jagung, dan padi. “Dengan fokus pada produk yang laku di pasar. Pendapatan petani naik 46 persen,” katanya.