Pemakaman Kenegaraan Shinzo Abe Diwarnai Dengan Hal-Hal Kontroversial

Baca Juga

MATA INDONESIA, TOKYO – Ditengah keamanan yang ketat, sekitar 4.300 orang berkumpul pada hari Selasa, 27 September 2022 untuk memberi penghormatan pada pemakaman kenegaraan untuk mantan PM Shinzo Abe.

Wakil Presiden AS Kamala Harris, PM Australia Anthony Albanese, PM India Narendra Modi, dan PM Korea Salatan Han Duck-Soo termasuk diantara sekitar 700 pejabat asing dari 218 negara, wilayah dan organisasi internasional yang menghadiri pemakaman.

Pemakaman kenegaraan dilaksanakan selama tiga jam di Nippon Budokan. Sekitar 20.000 petugas polisi dikerahkan untuk memastikan keamanan di ibukota. Jalan raya di Tokyo juga jalan-jalan dekat venue ditutup karena alasan keamanan. Hal ini menyebabkan adanya kemacetan di ibukota.

Perdana Menteri Fumio Kishida dan pendahulunya, Yoshihide Suga, yang menjabat sebagai kepala sekretaris kabinet di bawah Abe selama hampir delapan tahun, menyampaikan eulogi.

Dalam pidatonya Kishida mengatakan tentang warisan Abe, bagaimana ia mempelopori peningkatan Badan Pertahanan menjadi sebuah kementrian. Abe juga mengusulkan strategi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Melansir dari Japan Times, Kishida menyatakan “Saya akan selamanya bangga pada diri saya sendiri karena dapat fokus pada perluasan cakrawala diplomasi Jepang, sebagai menteri luar negeri di Kabinet Anda, dan sebagai teman setia Anda yang hidup di era yang sama.”

Ini adalah kedua kalinya seorang mantan perdana menteri dihormati dengan pemakaman kenegaraan di bawah konstitusi saat ini. Sebelumnya pernah diadakan kegiatan serupa untuk mantan PM Shigeru Yoshida pada tahun 1967.

Secara tradisional, pemakaman mantan perdana menteri telah diselenggarakan bersama oleh pemerintah dan partai politik mereka. Tetapi Kishida memutuskan untuk mengadakan pemakaman kenegaraan untuk Abe dalam rangka menghormati warisannya.

Keputusan ini mendapat berbagai kritik akibat kurangnya dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraan pemakaman kenegaraan. Hal tersebut dapat memaksa masyarakat untuk meratapi Abe meskipun warisannya memecah belah. Banyak pihak yang menilai bahwa kegiatan ini memakan biaya yang mahal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini