MATA INDONESIA, TOKYO – Seorang sersan polisi di Jepang ketahuan meraba-raba bagian belakang tubuh dua gadis sekolah menengah. Pelecehan tersebut terjadi saat di kereta di Tenri, Prefektur Nara, Jepang.
Menurut jaksa, insiden itu terjadi antara akhir Oktober dan 1 Desember, Sankei Shimbun melaporkan. Mantan perwira itu dituduh berulang kali meraba-raba bokong gadis-gadis itu.
Melansir Japan Today, pelaku meraba-raba bokong dua siswi tersebut selama perjalanan di waktu yang terpisah. Identitas pelaku tidak secara detail diungkapkan, hanya diketahui pelaku berusia 37 tahun dan berdinas di wilayah Tenri.
Kedua gadis dan orang tua mereka melaporkan insiden tersebut ke polisi pada 6 Desember. Petugas itu diskors selama satu bulan dan akhirnya mengundurkan diri pada hari Jumat (24/12).
Kasus pelecehan seksual pada moda transportasi umum cukup sering terjadi. Di Negeri Sakura, aksi pelecehan seksual ini bahkan punya istilah, yakni Tchikan (Chikan) yang berarti perlakuan (atau pelaku) pelecehan seksual di atas kereta.
Tahun 2017, Kepolisian Tokyo mencatat sebanyak 2.620 kasus tchikan telah terjadi. Ironinya, hanya 10 persen kaum perempuan di Jepang yang berani melaporkan.
Menanggapi fenomena ini, pemerintah Jepang tidak tinggal diam. Sejak 2005, di Jepang sudah ada gerbong khusus perempuan, yang merupakan salah upaya untuk meminimalisir pelecehan seksual di transportasi umum.
Namun, kasus tchikan masih saja kerap terjadi. Untuk itu semakin banyak himbauan yang tertempel di tempat-tempat umum dengan kaum perempuan diminta untuk lebih berani melaporkan tindakan pelecehan seksual yang mereka alami.
Tahun 2016, kepolisian Jepang telah meluncurkan aplikasi Digi Police. Aplikasi ini memudahkan para korban dengan polisi dan pengguna lain. Jika ditekan, polisi akan segera datang menangkap pelaku. Pengguna lainnya juga bisa berwaspada.
Ada juga aplikasi radar tchikan yang diproduksi oleh perusahaan swasta. Penggunanya dapat melihat lokasi-lokasi rawan tchikan, dan juga petanda jika ada yang beraksi.