Pelaku Penamparan Macron Dihukum 18 Bulan Penjara dan Denda Ratusan Juta Rupiah

Baca Juga

MATA INDONESIA, PARIS – Pengadilan di Prancis menjatuhi hukuman penjara 18 bulan kepada pelaku penamparan terhadap Presiden Emmanuel Macron. Namun, 14 bulan di antaranya ditangguhkan.

Pria yang diketahui bernama Damien Tarel itu merupakan penggemar sejarah abad pertengahan. Damien yang berusia 28 tahun itu langsung ditahan sejak serangan di pinggiran Kota Valence, wilayah Prancis Selatan pada Selasa (9/6).

Jaksa di Prancis menyebut tindakan Damien tidak dapat diterima dan tindakan kekerasan yang disengaja. Selain hukuman penjara, Damien juga terancam membayar denda sebesar 45 ribu Euro atau sekitar 781,6 juta Rupiah.

Damien mengatakan kepada pengadilan di Valence di Prancis selatan bahwa dia bertindak karena Presiden Macron membela semua yang busuk, kata saluran berita itu.

Ia juga mengungkapkan, beberapa hari sebelum kunjungan Macron ke wilayah Drome di Prancis selatan, dia telah berpikir untuk melemparkan telur atau krim tart ke Presiden Macron, tetapi menambahkan bahwa tamparan itu tidak direncanakan.

“Saya pikir Macron mewakili dengan sangat rapi pembusukan negara kita. Jika saya menantang Macron untuk berduel saat matahari terbit, saya ragu dia akan merespons,” kata Damien kepada pengadilan, menurut BFM TV, melansir Reuters, Jumat, 11 Juni 2021.

Macron menggambarkan serangan itu sebagai insiden yang terisolasi dan mengatakan kekerasan dan kebencian merupakan ancaman bagi demokrasi. Kantornya tidak menanggapi permintaan komentar atas pernyataan ruang sidang Damien.

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Macron mengulurkan tangannya untuk menyapa seorang pria di antara sebuah kerumuman yang berdiri di belakang pagar penghalang logam.

Saat itu, Macron sedang mengunjungi sebuah perguruan tinggi pelatihan profesional untuk industri perhotelan. Namun, Damien yang memakai kaos berwarna khaki itu berteriak “Ganyang Macronia” atau dalam bahasa Prancis berbunyi “A Bas La Macronie”.

Slogan yang diteriakkan Damien kala itu telah dikooptasi dalam beberapa tahun terakhir oleh kaum royalis dan orang-orang sayap kanan di Prancis, kata seorang ilmuwan politik yang mempelajari ekstremis Prancis, Fiametta Venner.

Damien mengatakan kepada penyelidik polisi bahwa dia dekat dengan gerakan protes “rompi kuning” anti-pemerintah yang mengguncang kepresidenan Macron dan memegang keyakinan politik sayap kanan.

Insiden penamparan itu terjadi di tengah ketegangan iklim politik dan polarisasi masyarakat Prancis,selama beberapa pekan menjelang pemilihan regional dan kurang dari setahun sebelum pemilihan presiden.

“Saya tidak apa-apa. Kita harus menempatkan insiden ini, yang menurut saya terisolasi, dalam perspektif tertentu. Saya akan terus melanjutkannya. Tidak ada yang dapat menghalangi saya,” kata Emmanuel Macron kepada harian Dauphine Libere, usai kejadian.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini