MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Ratusan warga Honduras melakukan eksodus ke Amerika Serikat (AS) pada Rabu (9/12), setelah badai melanda negara tersebut. Fakta ini menjadi tantangan bagi Paman Sam yang berupaya membendung imigrasi ilegal dari Amerika Tengah.
Sebagian migran yang berusia muda terlihat hanya membawa ransel dan tas jinjing. Sementara beberapa perempuan membawa anak mereka meninggalkan kota utara San Pedro Sula dengan berjalan kaki menuju perbatasan Guatemala, setelah ada seruan di media sosial untuk mengatur rombongan ke Amerika Serikat.
Hanya dalam dua pekan di bulan November, Badai Eta dan Iota memporak-porandakan infrastruktur, rumah, tanaman, serta menewaskan sekitar 100 jiwa warga Honduras. Negara tetangga Guatemala dan Nikaragua juga mengalami kerusakan yang parah.
“Kami kehilangan segalanya, kami tidak punya pilihan selain pergi ke Amerika Serikat,” kata seorang pria paruh baya yang berada di antara rombongon bersama istri dan sepupunya, melansir Reuters, Kamis, 10 Desember 2020.
Pria tersebut berasal dari La Lima, sebuah kotamadya di tepi tenggara San Pedro Sula yang dilanda banjir besar yang disebabkan oleh Badai Eta dan Iota.
Otoritas migrasi Guatemala memperingatkan para migran bahwa untuk memasuki negara tersebut, mereka memerlukan paspor dan tes negatif virus corona.
Donald Trump yang akan melepas jabatan Presiden AS pada 20 Januari 2021, menjadikan kasus imigrasi ilegal sebagai prioritas utama dan telah menekan Meksiko untuk membantu.
Sementara Presiden AS terpilih, Joe Biden telah berjanji untuk menjalankan kebijakan migrasi yang “manusiawi” dan menawarkan bantuan ke Amerika Tengah untuk meredakan tekanan migrasi.