Pasar Tekstil Global Mulai Bangkit di Tengah Pandemi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA– Pasar tekstil memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan di tengah masa pandemi. Hal itu disampaikan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).

Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan jika pada 2022, orientasi pasar ekspor akan pulih. Sebab pasar Amerika, Eropa, dan Jepang segera pulih.

“Di negara-negara tersebut, lapangan pekerjaannya pun sudah terlihat membaik, sehingga akan meningkatkan buying power,” katanya.

Sedangkan di pasar domestik, tambah Ade, kemungkinan tidak secepat pasar ekspor karena masih menghadapi berbagai hambatan.

“Mendorong buying power masyarakat Indonesia tentu tidak akan pulih tahun ini, walaupun pada 2022 mungkin hanya naik sedikit. Tapi kalau semua masalah tersebut terlewati, maka pada 2023 berpotensi mulai tumbuh signifikan,” ujar dia.

Terkait dengan proses gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap sejumlah perusahaan seperti Pan Brothers sebaiknya dihentikan sementara waktu, sehingga dapat memberikan jeda waktu kepada industri tekstil dan garmen untuk bangkit.

“Pada dasarnya, Pan Brothers gigih dalam mempertahankan eksistensinya dan memiliki kemampuan untuk memberikan komitmen,” katanya.

Dia menegaskan, perusahaan seperti Pan Brothers perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.

Di sisi lain, proses gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Pan Brothers sebaiknya dihentikan sementara waktu, sehingga dapat memberikan jeda waktu kepada industri tekstil dan garmen untuk bangkit.

Menurut Ade, tindakan PKPU di tengah pandemi sangat tidak bijak, sebab makin memperburuk kondisi industri dan ekonomi Indonesia. “Nanti bisa mulai dari titik nol lagi dalam membangun seluruh infrastruktur, suprastruktur, dan lain-lain. Ini akan merugikan Indonesia,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini