MATA INDONESIA, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, industri pasar modal telah pulih setelah terkontraksi sebagai dampak pandemi Covid-19. Hal tersebut terbukti dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah kembali ke atas level 6.000 setelah mencapai posisi terendah di 3.937,63 pada 23 Maret 2020.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen M.M. mengatakan, per 15 Maret 2021, IHSG sudah berada di level 6.324 atau meningkat 5,8% dibanding posisi per akhir Desember 2020 di 5.979. “Berbagai capaian tersebut memberikan optimisme bahwa pasar modal Indonesia telah bergerak ke arah positif dan dianggap tempat yang tepat bagi investor lokal dan global untuk investasi,” kata Hoesen dalam acara Virtual Seminar LPPI #43, Kamis 18 Maret 2021.
Menurut Hoesen, kinerja IHSG ini lebih baik dibandingkan beberapa bursa lain di Asia Tenggara. Sebagai contoh, per 15 Maret 2021, indeks utama bursa Malaysia tercatat masih minus 0,45 persen year to date (ytd) dan Filipina negatif 8,2 persen ytd.
Sejalan dengan kenaikan IHSG tersebut, kapitalisasi pasar saham di Indonesia sepanjang 2021 sudah naik 6,2 persen per 15 Maret 2021. Kapitalisasi pasar saham bertambah Rp 432 triliun, dari Rp 6.968 triliun menjadi Rp 7.400 triliun.
Nilai aktiva bersih (NAB) reksadana juga naik 1,5 persen, dari sekitar Rp 570 triliun menjadi sekitar Rp 580 triliun. NAB tersebut berasal dari produk reksadana yang mencapai 2.237 produk.
Dari sisi suplai, terdapat 26 penawaran umum baik berbentuk efek maupun surat utang dengan keseluruhan nilai emisi Rp 27,98 triliun sampai tanggal 6 Maret 2021. Sementara dari segi permintaan, Hoesen menyampaikan bahwa jumlah investor retail sepanjang tahun ini mencatatkan pertumbuhan signifikan.
Sampai dengan 28 Februari 2021, terdapat sebanyak 4,5 juta Single Investor Identification (SID). Jumlah ini meningkat 16,23 persen dibanding posisi akhir Desember 2020 yang berkisar 3,8 juta SID.