MINEWS.ID, JAKARTA – Selain nama Soekarno, kelahiran Pancasila ternyata tidak bisa dilepaskan dari Pohon Sukun, Muhammad Yamin dan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Pohon sukun tersebut tumbuh di tempat pengasingan Soekarno di Ende saat menjadi aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dari tahun 1934–1938.
Dalam pengasingan di Ende yang jauh dari aktivitas politik, Bung Karno banyak meluangkan waktu bercengkerama dengan masyarakat setempat. Selebihnya dia habiskan dengan merenung di bawah pohon bercabang lima itu sambil memandang laut di depannya.
Ketika menjadi Presiden pertama Indonesia, Bung Karno kembali mengunjungi Ende pada tahun 1950. Tak lupa dia mengunjungi pohon sukun kegemarannya tersebut.
Saat Bung Karno bercerita proses pencetusan Pancasila yang kini ditetapkan sebagai dasar negara.
Saat rapat BPUPKI 1 Juni 1945 si Bung menyampaikan lima dasar negara hasil perenungannya tersebut. Setelah mendapat saran dari ahli bahasa Muhammad Yamin kelimanya itu diberinama Pancasila.
Namun, lima dasar yang disampaikan pada 1 Juni itu tidak sama dengan butir-butir Pancasila yang kita kenal saat ini.
Saat pidato itu Soekarno mengusulkan lima hal ini;
- Kebangsaan Indonesia
- Internasionalisme atau perikemanusiaan
- Mufakat atau demokrasi
- Kesejahteraan sosial
- Ketuhanan yang berkebudayaan
Sementara usai pidato 29 Mei 1945 pada rapat BPUPKI, Muh. Yamin menyampaikan usulan tertulis mengenai Rancangan UUD Republik Indonesia. Dalam pembukaan rancangan tersebut, terdapat rumusan lima asas dasar negara yang redaksinya adalah;
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kebangsaan Persatuan Indonesia
- Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baru pada rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dipimpin Soekarno dan Moh. Hatta, tanggal 18 Agustus 1945 dihasilkanlah redaksi, sistematika Pancasila yang kita kenal sekarang.