MATA INDONESIA, JAKARTA-Panas bumi merupakan energi bersih yang ramah lingkungan, sehingga pengembangannya sebagai transisi energi harus terus berjalan meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi.
“Panas bumi merupakan sumber energi yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan
energi ramah lingkungan saat ini dan di masa depan sebagai energi yang handal dalam mensuplai kebutuhan beban dasar ketenagalistrikan,” kata Ketua Umum Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi di Jakarta.
Prijandaru mengatakan hal tersebut terkait penyelenggaraan Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) ke-8 pada 14-16 September 2022 di Jakarta Convention Center.
Menurutnya, dampak pemanasan global semakin meningkat, kenaikan suhu sudah dirasakan di berbagai belahan dunia, seperti yang belakangan ini terjadi suhu di Jakarta mencapai 36 derajat celsius.
Hal ini menunjukkan bahwa energi ramah lingkungan sudah sangat penting untuk dikembangkan menggantikan energi fosil, katanya.
Meski begitu, ia mengakui terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan panas bumi di Indonesia. Diantaranya adalah bagaimana pengembang bisa menghasilkan harga energi listrik panas bumi yang kompetitif.
“Karena itu pentingnya pemerintah untuk mewujudkan tarif berkeadilan bagi energi listrik panas bumi. Adil bagi kedua pihak, pengembang panas bumi maupun pembeli dalam hal ini PLN,” katanya.
Tantangan lain adalah soal kebutuhan pendanaan yang berkelanjutan dari negara-negara maju kepada negara seperti Indonesia yang kini melakukan pengembangan energi bersih dan terbarukan, ujarnya.
Menurut Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana pemerintah senantiasa memberikan dukungan bagi pengembangan panas bumi dalam mencapai agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan dan kemandirian energi nasional.
“Sehingga dalam menjalankan hal tersebut perlu melibatkan berbagai pihak, baik dari sisi pemerintah maupun di luar pemerintah harus bersama-sama berkomitmen mengambil langkahlangkah strategis, terukur, dan berkelanjutan untuk mencapainya,” katanya.
Sementara itu Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Harris Yahya mengatakan pengembangan panas bumi memang membutuhkan investasi yang besar.
Hal ini yang membuat pemanfaatan panas bumi untuk kelistrikan di tanah air kapasitasnya baru mencapai 2.292 MW atau 8,9 persen dari potensi atau sumber daya panas bumi yang dimiliki Indonesia.
Selain investasi, pengembangan panas bumi juga memerlukan waktu yang lama dan risiko yang tinggi. Kendati demikian, pemerintah berupaya mencapai target pengembangan panas bumi sebesar 3.355 MW pada 8-9 tahun mendatang, katanya