MATA INDONESIA, BERLIN – Dengan tempat tidur perawatan intensif yang terisi penuh dan kurangnya staf kesehatan, sebuah rumah sakit di Freising Bavaria di Jerman membuat keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni memindahkan pasien virus corona ke Italia utara untuk perawatan.
Setelah melalui pasang surut selama 18 bulan pandemi Covid-19, Jerman dalam banyak kesempatan menerima pasien dari negara tetangga karena rumah sakit di tempat lain kehabisan ruang.
Akan tetapi, gelombang ganas keempat telah mengirim infeksi ke rekor tertinggi di Jerman, menempatkan rumah sakit di beberapa bagian negara itu di bawah tekanan besar dan memaksa beberapa orang untuk mencari bantuan di rumah sakit lain di negara-negara Uni Eropa.
Sementara jumlah pasien dalam perawatan intensif masih berada di bawah puncak setahun yang lalu, kali ini, rumah sakit juga menderita karena kekurangan staf sehingga menghambat proses perawatan.
“Pekan lalu, Rabu atau Kamis, kami harus memindahkan pasien dengan helikopter ke Merano,” kata Thomas Marx, 43, direktur medis di rumah sakit di Freising, sebuah kota dengan 50 ribu penduduk, melansir The Local.de, Jumat, 19 November 2021.
“Kami tidak memiliki kapasitas lagi untuk menerima mereka, dan rumah sakit Bavaria di sekitarnya juga penuh. Kami berada di batas kapasitas kami, itulah sebabnya kami harus menggunakan cara ini,” sambungnya.
Marx mengungkapkan bahwa ia harus menangani 13 kasus perawatan intensif saat ini, lima di antaranya merupakan pasien virus corona dan semuanya diketahui belum divaksinasi.
Dengan tingkat vaksinasi di Jerman yang mandek di bawah 70 persen dalam beberapa pekan terakhir, pejabat tinggi kesehatan di negara tersebut memohon lebih banyak untuk mendapatkan suntikan guna menekan lonjakan infeksi Covid-19.
Di unit perawatan intensif Munich Clinic Schwabing, dokter senior Niklas Schneider frustrasi atas resistensi vaksin Covid-19 di beberapa tempat. Schneider juga mencatat bahwa sekarang ada jauh lebih sedikit petugas kesehatan daripada di gelombang pertama.
“Saya sangat heran bahwa vaksinasi tidak diterima oleh masyarakat meskipun kita memiliki kemungkinan untuk mendapatkannya. Tidak sepenuhnya dapat dimengerti bagi saya bahwa begitu banyak orang membiarkan diri mereka disesatkan oleh beberapa cerita horor tentang vaksin,” tuturnya.
“Tim bertahan, tetapi kami sangat frustrasi … karena pada akhirnya kami adalah pilihan terakhir untuk semua yang salah dengan masyarakat secara keseluruhan,” sambungnya.
“Orang-orang sakit yang datang kepada kami, yang berada dalam bahaya maut, kami harus merawat mereka yang membutuhkan bantuan. Tidak masalah apakah mereka sebelumnya anti-Corona, anti-vaksin atau vaksinasi ganda, meskipun kami tidak memiliki yang terakhir di bangsal,” ucapnya.