Okupansi Hotel di Bali Naik 25 Persen Usai Karantina Dihapuskan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Tingkat okupansi hotel di pulau dewata, Bali terus naik. Hal itu imbas dari penghapusan kewajiban karantina dan pemberlakuan visa on arrival atau bebas visa kepada pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

Wakil Ketua Bidang Budaya Lingkungan dan Humas Badan Pengurus Daerah PHRI Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan, adanya dua kebijakan tersebut sangat berdampak positif terhadap okupansi hotel di Bali.

“Terkait dengan okupansi hotel dari 15 persen sekarang meningkat menjadi 25 persen bahkan ada yang 30 persen juga,” kata Suryawijaya, Kamis 17 Maret 2022.

Suryawijaya menyatakan, jumlah wisatawan mancanegara terus bertambah dan optimistis pariwisata di Bali segera pulih.  

“Kita lihat dampaknya sangat positif. Jadi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, semakin hari semakin bertambah terus begitu juga pesawat yang datang. Ini memberikan dampak yang sangat positif terhadap percepatan terhadap pemulihan pariwisata Bali,” katanya.

Ia juga menyebutkan, sebelum ada kebijakan tersebut okupansi hotel di Bali sangat melambat. Pelaku pariwisata kemudian mengusulkan kepada Gubernur Bali dan diteruskan ke pemerintah pusat.

Permintaan itu akhirnya disetujui tetapi dengan komitmen agar SOP penerapan protokol kesehatan dilakukan secara konsisten.

“Pemerintah Pusat memberikan kepercayaan kepada gubernur dan juga ada komitmen dalam uji coba ini, harus kita seluruh stakeholder melakukan sangat konsisten SOP yang diberikan dan juga untuk dijalankan dan booster minimal 30 persen dan saat ini booster sudah hampir 40 persen,” ujarnya.

Sementara, penumpang internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai, juga mulai meningkat sejak diberlakukan tanpa karantina dan VoA dan peningkatannya mencapai 74 persen.

“Sudah mulai banyak (saat) pemberlakuan VoA dan tanpa karantina itu sudah ada peningkatan. Kalau sebelum tanggal 7 Maret (sebelum VoA dan tanpa karantina) dan start tanggal 7 Maret itu peningkatannya 74 persen,” ujarnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

A2RTU Gelar Expo Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Pendukung Ketahanan Pangan dan Net Zero Emission

Mata Indonesia, Yogyakarta - Ketahanan pangan menjadi isu yang masif didengungkan oleh pemerintah. Terlebih, saat ini Indonesia bersiap menyongsong Indonesia Emas 2045. Di sisi lain, dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang kini diubah menjadi Badan Pangan Nasional (Bapanas) Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) Tahun 2020-2024 menyebut bahwa pembangunan pangan di Indonesia masih menghadapi masalah. Utamanya, terkait dengan penyediaan (supply) pangan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini