MINEWS, JAKARTA – Kekeringan benar-benar membawa banyak masalah bagi Indonesia. Bayangkan, menurut Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo, potensi kerugian negara akibat kekeringan bahkan bisa mencapai Rp 3 triliun.
Angka itu sudah termasuk kerugian yang disebabkan keringnya 3,7 hektare lahan pertanian di berbagai desa saat ini. Tentu saja, potensi kekeringan paling besar terjadi di wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara yang akan berlangsung sampai Oktober 2019 nanti.
Kondisi ini membuaty Menteri Eko meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melakukan evaluasi pentingnya penerapan hujan buatan di atas lahan pertanian agar menekan kerugian ekonomi sampai Rp 2,4 triliun.
“Selain hujan buatan, kami bantu lumbung-lumbung. Tapi jangka pendeknya hujan buatan kerja sama dengan BPPT, TNI, dan BNPB,” kata Eko di Jakarta, Senin 15 Juli 2019.
Upaya itu juga merupakan amanah dari Presiden Joko Widodo yang sebelumnya meminta seluruh jajaran terkait agar melakukan antisipasi atas dampak kekeringan.
Jokowi menginstruksikan agar para menteri dan kepala lembaga serta gubernur turun ke lapangan agar melihat secara langsung kondisi di sejumlah wilayah.
Berdasarkan laporan dari BMKG, musim kemarau di tahun ini akan lebih kering dari tahun sebelumnya. Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga September nanti.