Ngeri, Aktivis Myanmar Melakukan Demonstrasi ‘Berdarah’

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Para penentang kudeta Myanmar memercikkan cat merah dan pewarna di luar kantor pemerintah pada Rabu (14/4) untuk mewakili darah orang-orang yang terbunuh sejak junta militer merebut kekuasaan pada awal Februari.

Pertunjukan yang bertujuan untuk mempermalukan militer terjadi di berbagai kota di Myanmar. Beberapa orang berbaris dengan tanda-tanda yang menyerukan pembebasan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi.

Sebagaimana diketahui, peraih Nobel Perdamaian itu ditahan sejak kudeta 1 Februari dengan berbagai tuduhan, termasuk melanggar tindakan rahasia resmi yang membuatnya dipenjara selama 14 tahun. Namun, sang pengacara membantah tuduhan tersebut.

“Tolong selamatkan pemimpin kami, masa depan, harapan,” demikian tulisan yang tertera di spanduk-spanduk yang dibawa oleh para pengunjuk rasa, melansir Reuters, Rabu, 14 April 2021.

Sejauh ini, tidak ada laporan kekerasan yang dialami oleh para pengunjuk rasa. Akan tetapi, informasi menjadi langka lantaran pembatasan layanan internet broadband dan data seluler yang dilakukan oleh junta militer Myanmar.

Kudeta telah menjerumuskan Myanmar ke dalam krisis setelah 10 tahun langkah tentatif menuju demokrasi dengan protes harian dan berbagai kampanye pembangkangan termasuk pemogokan oleh pekerja di banyak sektor yang telah membuat ekonomi terhenti.

Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Selasa (13/4) bahwa mereka khawatir tindakan keras junta militer Myanmar terhadap para demonstran berisiko meningkat menjadi konflik sipil seperti yang terlihat di Suriah. PBB pun mendesak junta militer menghentikan pembantaian tersebut.

Kudeta tersebut juga memicu protes harian oleh mereka yang menentang pemerintahan militer Myanmar. Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan sebanyak 710 warga sipil merenggang nyawa.

“Kami tidak merayakan Myanmar Thingyan tahun ini karena lebih dari 700 jiwa pemberani kami yang tidak bersalah dibunuh oleh pasukan junta yang tidak manusiawi secara tidak sah. Kami yakin kami akan memenangkan revolusi ini,” kata salah satu pengguna Twitter yang diidentifikasi sebagai Shwe Ei.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini