MATA INDONESIA,LONDON – Naiknya Raja Charles ke tahta tertinggi Inggris memicu seruan baru dari politisi Karibia untuk mencopot raja sebagai kepala negara mereka.
Charles menggantikan ibunya,Ratu Elizabeth,yang memerintah selama 70 tahun. Perdana Menteri Jamaika mengatakan negara akan berduka atas Elizabeth. Rekannya di Antigua dan Barbuda memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang sampai hari pemakamannya.
Beberapa tempat meragukan peralihan kepemimpinan persemakmuran Inggris yang meliputi 54 negara dari Elizabeth ke Charles.
Barbados merupakan satu dari negara Karibia yang mencopot ratu sebagai kepala negara persemakmuran Inggris tahun lalu.
Selanjutnya Jamaika pun telah mengisyaratkan akan segera menyusul walaupun negaranya akan tetap menjadi anggota persemakmuran.
Sebuah Survei di bulan Agustus menunjukkan 56 persen orang Jamaika mendukung penghapusan raja Inggris sebagai kepala negara.
Mikhael Philips,seorang anggota oposisi parlemen Jamaika, pada tahun 2020 mengajukan mosi yang mendukung pencopotan itu.
Mantan perdana menteri St Lucia dan sekarang pemimpin oposisi Allen Chastanet mengatakan bahwa pihaknya mendukung pencopotan raja tersebut sebagai gerakan umum menuju republikanisme di negaranya.
Aktivis di wilayah tersebut juga mengatakan bahwa kenaikan tahta Charles juga merupakan kesempatan untuk melipatgandakan seruan perbudakan.
Lebih dari 10 juta orang Afrika dibelenggu ke dalam perdagangan budak antlantik oleh negara-negara Eropa antara abad ke-15 dan ke-19.
Meskipun Charles tidak menyebutkan reparasi dalam pidatonya di konferensi kigali, ia mengungkapkan kesedihan atas penderitaan yang terjadi akibat perbudakan.
Sekretaris Jenderal Gerakan Karibia untuk Perdamaian dan Integrasi dari Barbados mengatakan, “ Siapapun yang akan mengambil alih posisi harus diminta untuk mengizinkan keluarga kerajaan membayar ganti rugi orang Afrika,” dilansir dari Reuters.