Nasi Sudah Jadi Bubur, Wenger Baru Ngaku Menyesal Kelamaan Latih Arsenal

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Arsene Wenger akhirnya mengaku menyesal terlalu lama melatih Arsenal. Padahal, dia sering mendapat tawaran melatih klub-klub top Eropa lainnya.

Wenger menjadi pelatih Arsenal di 1996. Dia baru memutuskan pensiun di 2018. Pria asal Prancis itu lebih dari dua dekade membesut klub asal London Utara itu.

Di musim-musim perdananya, Wenger cukup sukses dan menggoyang dominasi Manchester United. Puncak kesuksesannya adalah menjadi juara Liga Premier Inggris di musim 2003/04 tanpa terkalahkan.

Selama melatih di Arsenal, Wenger berkali-kali mendapat tawaran melatih klub-klub top Eropa lainnya. Tapi, dia selalu menolak hingga akhirnya pensiun di 2018. Kini, sang profesor mengaku menyesal pensiun bersama The Gunners.

“Kesalahan yang saya buat adalah terlalu lama di klub (Arsenal). Kesalahan fatal saya adalah terlalu cinta di tempat saya berada. Saya menyesalinya. Harusnya saya pergi ke tempat lain,” kata Wenger, dikutip dari Mirror, Selasa 9 November 2021.

“Harusnya saya bisa melatih di timnas Prancis, timnas Inggris (tiga kali tawaran), Real Madrid, Juventus, PSG, dan bahkan Manchester United pernah mengajukan tawaran,” ujarnya.

Sejak pensiun di 2018, Wenger belum pernah lagi kembali ke Stadion Emirates. Dia mengaku, tak ada alasan untuk melakukan hal itu.

“Tidak ada alasan khusus bagi saya untuk pergi ke sana (Stadion Emirates),” ungkapnya.

Sejak pensiun melatih Arsenal, Wenger kini bekerja di FIFA sebagai chief global football development.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini