MATA INDONESIA, JAKARTA – Situasi di Myanmar masih dipenuhi ketegangan, setelah kudeta militer yang terjadi pada 1 Februari 2021 lalu.
Penduduk kota terbesar di Myanmar, Yangon selama tujuh hari berturut-turut masih melakukan aksi protes mereka menolak kekuasaan militer, dan meminta peramal bernama Hein Min Aung agar dibebaskan.
Min Aung ditangkap Kamis lalu, setelah videonya viral. Ia terlihat menyalakan lilin, dan mendoakan kegagalan diktator militer yang merebut kekuasaan dengan cara tidak sah.
Meski diberlakukan jam malam, ratusan warga berkumpul di depan kantor polisi tempat Hein Min Aung ditahan. Mereka tak takut dengan ancaman aparat, yang siap membubarkan paksa massa.
Belum lagi, ancaman tembakan dari militer. Para demonstran masih terus memenuhi jalan kota, bahkan sampai tidak pulang ke rumahnya masing-masing.
“Penangkapan itu tidak sesuai hukum. Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi,” kata seorang demonstran.
Kudeta militer di Myanmar mengundang reaksi keras internasional. PBB mengatakan perebutan kekuasaan itu merupakan bentuk cacat demokrasi, sementara Amerika Serikat sudah menyiapkan sanksi untuk penguasa Myanmar saat ini.