Miris, Perempuan Berjilbab di India Dilarang Masuk Kelas!

Baca Juga

MATA INDONESIA, BENGALURU – Umat Islam di India terus mendapat intimidasi. Meski menjadi menjadi agama terbesar kedua setelah Hindu – yakni 204,000,000 juta (sensus tahun 2019), menjadi kelompok yang tertindas.

Pada Desember tahun lalu, dalam sebuah pertemuan, para pemuka agama Hindu di India menyerukan pembunuhan massal atau genosida dan penggunaan senjata terhadap umat Muslim.

Dan terbaru, para remaja Muslim yang mengenakan hijab dilarang masuk kelas. Kejadian buruk ini dialami oleh AH Almas dan dua temannya. Ketika mereka memasuki kelas, sang guru langsung berteriak “keluar”.

“Ketika kami tiba di pintu kelas, guru mengatakan kami tidak bisa masuk dengan hijab. Dia meminta kami untuk melepasnya,” ungkap Almas, melansir Al Jazeera.

Sejak itu, sekelompok mahasiswa Muslim di sebuah perguruan tinggi perempuan yang dikelola pemerintah di distrik Udupi di negara bagian Karnataka India di selatan dipaksa untuk duduk di luar kelas karena administrasi perguruan tinggi menuduh mereka melanggar aturan karena Hijab bukan bagian dari seragam.

Tetapi gadis-gadis itu mengatakan bahwa hijab adalah “bagian dari iman mereka” dan mempraktikkannya adalah “hak mereka yang dijamin oleh hukum”. Mereka telah mempertahankan sikap menantang bahkan ketika pemerintah diduga menggunakan “taktik tekanan” untuk memaksa mereka menyerah.

“Kami tidak akan mengalah, tidak mungkin,” Aliya Assadi, yang merupakan bagian dari kelompok itu.

Sejumlah foto yang menunjukkan beberapa mahasiswa berhijab duduk di tangga di luar kelas kini viral di media sosial.

“Karena foto inilah isu kami menjadi sorotan media,” sambung Assadi.

Protes mereka telah membuat marah administrasi perguruan tinggi. Kelompok itu, memaksa mereka untuk menulis surat yang menyatakan bahwa mereka tidak masuk kelas dan tinggal di rumah sendiri.

“Kami mencoba menolak tetapi kepala sekolah dan guru mengancam kami bahwa mereka akan menghancurkan karir kami,” kata Muskan Zainab, menambahkan bahwa ia cukup senang dunia kini mengetahui apa yang mereka alami.

Namun, para siswa juga menghadapi penghinaan dan diskriminasi karena pembangkangan mereka.

“Harus berada di luar kelas sepanjang hari bukanlah hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Guru-guru kami dan sesama siswa mengejek kami. Mereka bertanya kepada kami apa masalah kami dalam melepas hijab. Mengapa Anda tidak bisa mengikuti aturan saja, mereka bertanya. Salah satu teman saya jatuh sakit karena siksaan mental ini,” tutur Almas.

Kepala Sekolah, Rudre Gowda mengatakan bahwa pihak sekolah tidak dapat mengizinkan siswa mengenakan jilbab di ruang kelas karena itu bukan bagian dari seragam. Ia mengatakan, pihaknya mematuhi arahan yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan.

Gowda mengatakan ini adalah pertama kalinya masalah seperti itu muncul di kampus, tetapi para alumni mengatakan mereka pernah menghadapi masalah serupa di masa lalu.

“Suatu ketika seorang guru menyuruh siswa berhijab duduk di lantai di tengah kelas dan menanggalkan jilbabnya. Kami menghadapi banyak penghinaan karena memilih untuk memakai jilbab. Tetapi pada saat itu, mereka mengizinkan kami di dalam ruang kelas,” Athiya, yang saat ini belajar di Universitas Manipal di Karnataka, mengatakan.

Larangan pemakaian hijab di sekolah maupun kampus telah memicu perselisihan di India dengan kelompok mahasiswa yang menuduh administrasi perguruan tinggi bias terhadap Muslim.

“Kami berdiri teguh dengan mereka dalam solidaritas dan dukungan mutlak. Kami menuntut agar mereka yang berada di pemerintahan yang menghentikan gadis Muslim mengenakan hijab ditangguhkan dan para gadis harus diizinkan memasuki kelas dengan hijab, harga diri, dan martabat mereka. ini adalah Islamofobia. Itu apartheid,” tutur aktivis Afreen Fatima, sekretaris Gerakan Persaudaraan di New Delhi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini