Miris! 45 Juta Orang Kelaparan di Penjuru Selatan Afrika

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Tercatat ada sekitar 45 juta orang kelaparan di Selatan Afrika. Hal itu diungkap oleh Badan pangan PBB World Food Programme (WFP).

Peningkaran jumlah orang kelaparan. Sebagian besar disebabkan oleh kekeringan, banjir bandang dan kekacauan ekonomi. Selatan Afrika mengalami kekeringan parah yang diakibatkan oleh perubahan iklim.

Pemanasan global menghantam negara-negara miskin yang sudah kesulitan untuk mengatasi dampak bencana alam seperti Badai Idai yang menghancurkan Mozambique, Zimbabwe dan Malawi pada 2019.

“Krisis kelaparan ini berada dalam skala yang tidak pernah kami lihat sebelumnya dan bukti menunjukkan saat ini semakin parah,” kata Direktur Regional Selatan Afrika WFP Lola Castro dalam pernyataannya.

Zimbabwe yang pernah menjadi lumbung roti di selatan Afrika mengalami krisis ekonomi terparah selama satu dekade terakhir. Kehancuran ekonomi ditandai oleh melonjaknya inflasi, kelangkaan makanan, bahan bakar, obat-obatan dan listrik.

WFP berencana memberikan bantuan ‘musim paceklik’ untuk 8,3 juta orang yang mengalami ‘krisis’ atau ‘darurat’ kelaparan di delapan negara. Antara lain Zimbabwe, Zambia, Mozambique, Madagaskar, Namibia, Lesotho, Eswatini, dan Malawi.

Hingga saat ini WFP berhasil mengamankan 205 juta dolar AS dari 489 dolar AS yang dibutuhkan untuk memberikan bantuan tersebut. Castro mengatakan mereka terpaksa banyak menggunakan pinjaman internal untuk memastikan makanan itu sampai kepada mereka yang membutuhkan.

Pada Desember PBB mengatakan mereka memperoleh bantuan makanan untuk 4,1 juta rakyat Zimbabwe, seperempat populasi negara itu. Kelangkaan makanan diperparah oleh inflasi dan kekeringan yang disebabkan pemanasan global.

“Zimbabwe berada dalam pergolakan kelaparan darurat terburuk dalam satu dekade, setengah populasi yakni sekitar 7,7 juta penduduk mengalami ketidakamanan pangan,” kata WFP.

Sekitar 20 persen populasi Zambia dan Lesotho yang dilanda kekeringan menghadapi krisis pangan. Hal yang juga terjadi pada 10 persen populasi Nambia.

Castro mengatakan jika WFP tidak menerima dana yang dibutuhkan. Maka tidak ada pilihan lain selain mengurangi bantuan yang sangat dibutuhkan mereka yang kekurangan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Mengapresiasi Keberhasilan TNI Tembak Mati Anggota OPM Egianus Kogoya

Oleh : Loa Murib Keberhasilan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menindak tegas Kelompok OrganisasiPapua Merdeka (OPM) Kodap III Ndugama pimpinan Egianus Kogoya patut mendapatkanapresiasi yang tinggi. Langkah tegas ini menjadi cerminan komitmen negara dalam menjagakeutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekaligus melindungimasyarakat Papua dari ancaman kekerasan yang kerap dilakukan kelompok separatis. Operasipenindakan oleh TNI di Kampung Aleleng, Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo bukansekadar respons militer, tetapi juga bagian dari upaya mengembalikan ketenangan warga sipildi Papua Pegunungan. Aksi brutal OPM sebelumnya telah mengganggu stabilitas dan menimbulkan luka mendalam, termasuk pembunuhan terhadap para pekerja pembangunan gereja di Wamena. Tak hanya itu, kelompok ini juga terlibat dalam perusakan hutan untuk ladang ganja ilegal, sebuah aktivitasyang menunjukkan bahwa tindakan mereka tidak lagi sekadar bernuansa ideologis, namunjuga merusak ekosistem dan tatanan sosial di daerah tersebut. Dalam konteks ini, langkahTNI hadir sebagai bentuk perlindungan negara terhadap warga yang selama ini hidup dalamketakutan. Informasi dari masyarakat menjadi kunci dalam keberhasilan operasi tersebut. Saat aparatmemperoleh laporan tentang keberadaan empat anggota OPM...
- Advertisement -

Baca berita yang ini