Michael Franks Bernyanyi dengan Mendesis dan Tempo Super Lambat

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Buat anak-anak milenial, nama Michael Franks pasti nggak dikenal atau mungkin hanya bisa dihitung dengan jari yang tahu. Tetapi kalau kamu dengar lagu-lagunya mungkin bakal teringat dengan musik-musik Payung Teduh yang terasa halus dan lembut karena temponya super lambat.

Di kalangan pemusik maupun pecinta jazz dunia, Michael memang dikenal sebagai pencipta sekaligus penyanyi lagu beraliran smooth jazz. Bagi mereka yang tidak menyukainya pasti bakal menyebut lagu-lagu lelaki kelahiran La Jolla, California 18 September 1944 itu sebagai pengantar tidur.

Itu karena saking lambat tempo atau setiap beat lagu-lagunya. Selain itu notasi yang digunakan mungkin banyak minornya atau bisa disebut notasi miring karena bukan not-not penuh seperti A, B atau C. Seperti bumi dengan langit kalau dibandingkan dengan musik rock cadas yang beatnya cepat, intonasi suaranya keras dan not-not yang dimainkan kebanyakan not penuh.

Latar belakang pendidikannya membuat Michael Franks bisa menjadikan apa saja, bahkan hal paling sederhana sekalipun sebagai ide lagunya. Franks adalah pemegang gelar Master of Arts bidang Perbandingan Kesusastraan dari UCLA dan memperoleh PhD dari Universitas Oregon.

Lagu “When The Cookie Jar Is Empty” misalnya, hanya menceritakan bagaimana seorang  bayi saat mengetahui toples kuenya kosong. Kita semua pasti sudah bisa menjawabnya, pasti si bayi menangis.

Tetapi alih-alih Michael Franks menyanyikannya seperti Mawang atau Benyamin S yang setengah berteriak, dalam musik smooth jazz ditambah suara Franks yang mendesis setengah berbisik membuat orang yang baru mendengarnya pasti tidak akan menyangka ide lagu itu dari sebuah peristiwa chaotic seorang bayi.

Intinya, ide lagu Franks benar-benar sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari. Meski temanya bukan soal cinta lelaki dan perempuan, tetapi setiap orang yang mendengarnya bakal merasa mendengarkan lagu romantis.

Gaya itu coba ditiru almarhum Dian Pramana Putra di era 80-an. Bersama Deddy Dhukun, Dian mencoba menjadikan “Antonio’s Song” menjadi inspirasi lagu “Keraguan” pada tahun 1986. Lagu itu cukup meledak di zamannya, terutama di kalangan remaja kelas menengah.

Kini lagu-lagu Franks hampir tidak terdengar lagi. Kecuali perhelatan musik jazz akbar, hampir tidak ada lagi radio di Indonesia yang memutarnya. Lagu-lagu Franks biasanya diputar di restoran-restoran besar sebagai pengantar para pelanggannya menyantap hidangan dengan hati tentram.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Survei Elektabilitas Bakal Calon Walkot Jogja yang Bertarung di Pilkada 2024, Sosok Ini Mendominasi

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menjelang Pilkada 2024 di DIY, sejumlah lembaga survei sudah bergeliat menunjukkan elektabilitas para bakal calon Wali Kota dan juga Bupati. Termasuk lembaga riset Muda Bicara ID yang ikut menunjukkan hasil surveinya. Lembaga yang diinisiasi oleh kelompok muda ini mengungkap preferensi masyarakat Kota Jogja dalam pemilihan Wali Kota Jogja 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini