MATA INDONESIA, JAKARTA – Beberapa mantan anggota Front Pembela Islam (FPI) diduga memiliki hubungan dengan aktvitas terorisme. Mulai dari 19 eks FPI yang terafiliasi kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) hingga dugaan keterlibatan eks Sekretaris Umum FPI Munarman dalam kegiatan pembaiatan terhadap ISIS.
Meski tidak semua mantan anggotanya terlibat namun pada intinya FPI masih memiliki keterkaitan dengan aktivitas terorisme. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi mengatakan bahwa meski hanya sebagian kecil yang terlibat, namun secara keseluruhan mantan anggota FPI sudah terpapar radikalisme.
“Meskipun FPI masih sebagian kecil yang beririsan dengan terorisme tapi setidaknya mereka sudah terpapar paham radikalisme,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, Sabtu 20 Februari 2021.
Kendati organisasinya sudah bubar, namun paparan ideologi radikal masih menjadi momok sehingga harus segera diantisipasi. Islah mengemukakan bahwa proses deradikalisasi bisa menjadi solusi untuk menghilangkan ideologi radikal dalam diri mantan anggota FPI.
Ia menilai tidak ada perbedaan dalam proses deradikalisasi terhadap mantan anggota FPI dan mantan narapidana terorisme.
“Tidak ada bedanya dengan proses deradikalisasi terhadap mantan napiter yang selama ini sudah dilakukan,” kata Islah.
Proses deradikalisasi terhadap mantan anggota FPI bisa terwujud jika pemerintah berniat merangkul mereka agar tidak kembali terpapar radikalisme. Bahkan upaya ini bisa segera terwujud jika ada bantuan dari ormas-ormas Islam moderat serta masyarakat untuk menyemaikan nilai-nilai Pancasila dan toleransi antar umat beragama.