MATA INDONESIA, JAKARTA-Usulan pajak nol persen yang disarankan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita terhadap mobil baru dengan tujuan untuk mendongkrak industri otomotif, mendapat penolakan dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Agus beranggapan, hal terbesar dalam menentukan harga mobil adalah pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Dengan menghilangkan PPnBM dapat menurunkan harga mobil baru.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat membeli lebih banyak kendaraan bermotor roda empat, dan membuat sektor industri otomotif meningkat yang secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Selama masa pandemi, sektor otomotif mengalami penurunan daya beli. Dengan adanya pajak nol persen, diharapkan bisa menjadi obat perlambatan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Jika rencana ini direalisasikan harga jual akan lebih murah dibandingkan sebelumnya.
Pajak nol tersebut mendapat repon positif dari Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) I, Jongkie Surgiato.
Dirinya berpendapat, meningkatkan penjualanan kendaraan bermotor tidak cukup dengan dihapusnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) saja. Ia memberikan masukan ke Kementerian Perindustrian untuk memotong beberapa jenis pajak ke pemerintah pusat, seperti pajak kepada pemerintah yaitu Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BNN KB).
Menurutnya, insentif ini untuk meningkatan penjualan mobil harus tetap sasaran yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani menolak usulan yang diajukan Menteri Perindustrian ini, alasannya untuk menghidupkan kembali daya beli masyarakat tidak harus diberikan di salah satu industri saja.
Melainkan harus diberikan ke industri lainnya dan dilakukan secara adil, supaya daya beli masyarakat meningkat seiring dengan jalannya program pemerintah.
Menurut Sri Mulyani, untuk meningkatkan industri, khususnya di industri otomotif yaitu daya beli masyarakat, tidak harus memberikan keringanan melalui pajak nol persen. Pemerintah sudah memberikan insentif kepada para pelaku industri, termasuk industri otomotif.
Pengamat Otomotif Nasional, Yannes Martinus Pasaribu berpendapat, jika harga mobil baru diturunkan, belum tentu meningkatkan daya beli yang drastis. Menurutnya, hampir diseluruh sektor ekonomi mengalami tekanan yang luas biasa. Bagi masyarakat, situasi yang seperti ini membuat mereka menunda untuk membeli kebutuhan tersiernya.
Yannes menambahkan, masyarakat lebih mementingkan keuangannya untuk menjamin berlangsungnya kebutuhan primer.
Survei yang dilakukan oleh perusahaan analis pemasaran Markpus memaparkan, masyarakat akan menunda membeli mobil baru hingga enam bulan pertama di 2021. Sebanyak 87 persen menunda pembelian untuk mempersiapkan dana darurat serta 31 persen pendapatannya terdampak pandemi.
Reporter: Laita Nur Azahra