Mengungkap Misteri, Kenapa Halmahera Sering Dihajar Gempa Besar

Baca Juga

MATAINDONESIA, JAKARTA – Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa sih wilayah sekitar Halmahera, Maluku Utara sering diguncang gempa, terutama belakangan ini? Bahkan, Minggu 14 Juli 2019 kemarin, Halmahera Selatan kembali diguncang gempa magnitudo 7,2.

Ternyata, ada penjelasannya kenapa wilayah pulau terbesar di Kepulauan Maluku itu sering menjadi pusat gempa. Hal ini dijelaskan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Menurut BMKG, kawasan Halmahera masuk dalam wilayah seismik aktif dan kompleks, tercermin dari peta sismisitas regional dengan klaster aktivitas gempa yang cukup padat.

Lalu, apa maksudnya kompleks? Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, yang dimaksud kompleks adalah terdapat empat zona seismogenik sumber gempa utama di kawasan Halmahera.

Empat zona tersebut adalah Halmahera Thrust, Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, Sesar Sorong-Bacan. Ketiga sistem sesar yaitu Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan merupakan percabangan atau splay dari Sesar Sorong yang melintas dari timur membelah bagian atas ‘kepala burung’ di Papua Barat.

Pada gempa berkekuatan magnitudo 7,2 Minggu kemarin, Daryono menjelaskan, di Pulau Batanta, ke arah barat Sesar Sorong mengalami percabangan. Pada percabangan yang paling utara, yaitu Sesar Sorong-Bacan, itulah yang selama ini menyimpan akumulasi medan tegangan kulit bumi yang akhirnya terpatahkan.

Nah, Sesar Sorong-Bacan inilah yang mengakibatkan gempa magnitudo 7,2 pada Minggu kemarin di kawasan Halmahera Selatan.

Tapi, sejak dulu Halmahera sudah menghadapi tantangan gempa yang tak kalah dahsyat. Dalam catatan sejarah gempa kuat dan merusak di Halmahera, setidaknya di wilayah itu terjadi tujuh kali gempa kuat, yaitu gempa Pulau Raja pada 7 Oktober 1923 dengan magnitudo 7,4 dan intensitasVIII MMI.

Selain itu, gempa Bacan pada 16 April 1963 bermagnitudo 7,1 skala intensitas VIII MMI, gempa Pulau Damar pada 21 Januari 1985 magnitudo 6,9 intensitas VIII MMI, serta gempa Obi pada 8 Oktober 1994 magnitudo 6,8 intensitas VI-VII MMI.

Lalu, Gempa Obi magnitudo 6,7 pada 13 Februari 1995 dengan intensitas VIII MMI dan gempa Labuha 20 Februari 2007 magnitudo 6,7 intensitasVII MMI. Gempa yang terbaru pada Minggu, pukul 16.10.51 WIB, berkekuatan magnitudo 7,2. Episenternya terletak pada koordinat 0,56 LS dan 128,06 BT pada kedalaman 10 km.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini