MATA INDONESIA, MOSKOW – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov memuji pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden bahwa upaya negaranya di Afghanistan salah arah dan Washington perlu menahan diri untuk tidak mengulangi intervensi asing berskala besar seperti itu lagi.
Padahal di dalam negeri, Biden tengah menjadi sorotan dan tak sedikit warga AS yang memintanya untuk lengser. Senator Partai Republik Lindsey Graham menegaskan bahwa keputusan Biden terkait Afghanistan bisa berakhir dengan pemakzulan.
Lavrov mengatakan, tampaknya ada kepercayaan baru yang ditemukan di ibu kota Barat bahwa upaya membentuk kembali negara asing menurut citra AS dengan operasi militer terbuka pasti akan berakhir gagal.
Dalam pidatonya awal pekan ini setelah penarikan AS dari Kabul, Biden mengatakan “Ketika kita membuka halaman tentang kebijakan luar negeri yang telah membimbing bangsa kita selama dua dekade terakhir, maka kita harus belajar dari kesalahan kita.”
Biden juga menyatakan bahwa keputusan mengenai Afghanistan bukan hanya tentang Afghanistan, melainkan tentang mengakhiri era operasi militer besar untuk membentuk kembali negara-negara lain.
“Kami menyambut baik pernyataan seperti itu,” kata Lavrov, melansir RT, Kamis, 2 September 2021.
“Kami telah lama meminta pelajaran untuk dipetik dari petualangan yang dialami rekan-rekan Barat kami dalam beberapa dekade terakhir. Saya harap pernyataan ini mencerminkan kesimpulan yang diperoleh dengan susah payah, dan bahwa planet kita akan sedikit lebih tenang di masa depan,” tuturnya.
Utusan utama Moskow juga menunjukkan pandangan serupa yang baru-baru ini disiarkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang berpendapat bahwa intervensi asing hanya boleh dilakukan bergandengan tangan dengan negara berdaulat, daripada dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah suatu negara.
“Momennya sangat menarik. Keduanya, dengan jeda hanya satu atau dua hari, mengumumkan bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri campur tangan dalam urusan internal negara lain dengan tujuan untuk memaksakan demokrasi ala Barat pada mereka,” sambungnya.
Rusia terlibat dalam sejumlah konflik di seluruh dunia, tetapi bersikeras menegaskan bahwa mereka hanya mengerahkan pasukan dan dukungan militer sebagai respons atas permintaan suatu pemerintah, seperti yang dilakukan Presiden Bashar Assad dalam perang saudara berdarah di Suriah.
Pasukan Moskow juga melakukan operasi penjaga perdamaian di sepanjang perbatasan antara Armenia dan Azerbaijan, sebagai bagian dari kesepakatan damai yang ditengahi Kremlin yang ditandatangani oleh kedua negara setelah berbulan-bulan pertempuran sengit tahun lalu.