MATA INDONESIA, SYDNEY – Lockdown yang diterapkan oleh pemerintah Australia guna menekan penyebaran laju virus corona, ternyata sukses menyiksa seorang narapidana yang melarikan diri dari penjara. Alhasil, narapidana bernama Darko Desic pun memutuskan menyerahkan diri ke pihak berwenang.
Desic yang hidup dalam pelarian selama hampir 30 tahun itu kini mendapat simpati dari komunitas masyarakat Sydney, Australia. Masyarakat di Negeri Kanguru bahkan telah menggalang dana untuk membantu kehidupan Desic.
Pria bernama lengkap Darko “Dougie” Desic itu divonis hukuman penjara tahun 1990-an. Ia didakwa dengan dua tuduhan menanam tanaman terlarang. Namun, pada 31 Juli 1992, setelah menjalani masa hukuman lebih dari satu tahun di balik jerusi besi, Desic melarikan diri dari lembaga pemasyarakatan Grafton.
Aparat kepolisian Australia tidak pernah menemukan jejaknya – sampai pria itu, yang sekarang berusia 64 tahun, menyerahkan diri kepada pihak berwenang di Kantor Polisi Dee Why di Sydney, pada pekan lalu.
Desic didakwa melarikan diri dari tahanan, menolak jaminan, dan muncul di Pengadilan Lokal Pusat pada Selasa, 14 September. Di mana dia secara resmi ditolak jaminan untuk muncul kembali di pengadilan yang sama akhir bulan ini.
Namun, sejak saat itu, komunitas Northern Beaches telah merangkul Desic dengan menyelenggarakan GoFundMe atau menggalang dana melalui situs tersebut demi membantunya mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup.
Sejauh ini, komunitas tersebut telah mengumpulkan lebih dari 14 ribu USD atau sekitar 199 juta Rupiah. Berdasarkan keterangan tertulis situs penggalangan dana tersebut, hukuman yang diterima Desic saat itu tidak sesuai dengan kesalahan yang ia lakukan.
“Bayangkan menghabiskan 30 tahun dalam pelarian, dalam mode bertahan hidup … betapa hidup yang akan terjadi,” demikian keterangan tertulis di situs penggalangan dana tersebut, melansir News.com.au, Jumat, 17 September 2021.
“Kami menganjurkan untuk mengumpulkan dana untuk mendapatkan pengacara kriminal dan membuatnya kembali berdiri. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua,” lanjut keterangan tersebut.
Halaman GoFundMe juga menuturkan bahwa Desic kini telah menjelma menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan banyak membantu komunitas Northern Beaches.
“Ingat dia telah berada di komunitas kami selama 30 tahun dan akhirnya menjadi tunawisma di pantai kami di Avalon. Dia tidak pernah menyakiti siapa pun. Dia ada di penjara sekarang,” demikian pernyataan komunitas Northern Beaches.
Penyelenggara Peter Higgins, seorang pensiunan pengusaha lokal, mengatakan tujuannya adalah untuk mengumpulkan cukup uang untuk menyewa pengacara untuk Desic, mengeluarkannya dari penjara, mendapatkan atap di atas kepalanya, serta memberinya beberapa makna dan tujuan dalam hidupnya.
Menurut The Daily Telegraph, setelah menyerahkan diri, Desic mengatakan kepada polisi bahwa dia telah bertahan selama 29 tahun di pantai utara Sydney dengan bekerja sebagai buruh dengan bayaran tunai.
Akan tetapi, ia mengatakan bahwa pandemi virus corona telah membuatnya bangkrut dan kehilangan tempat tinggal. Inilah alasan mengapa dia akhirnya memutuskan untuk menyerahkan diri setelah sekian lama.
Polisi mengatakan bahwa Desic, yang lahir di bekas negara Yugoslavia, khawatir dia akan dideportasi ke tanah kelahirannya, di mana dia akan dihukum berat karena menghindari dinas militer.
“Dia mengatakan dia telah tinggal di Avalon, hanya melakukan pekerjaan kasar dan serabutan untuk mendapatkan uang selama hampir tiga dekade,” kata seorang sumber polisi kepada Telegraph.
“Sungguh menakjubkan bahwa lockdown akan cukup untuk membuat seseorang kembali ke penjara setelah 30 tahun, sangat buruk di luar sehingga Anda akan lebih baik di penjara,” ucap penduduk setempat, Steven Meacham yang bersimpati kepada Desic.