MATA INDONESIA, MEXICO CITY – Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan bahwa negaranya akan menjadi daya tarik utama para investor asing karena perang antara Rusia-Ukraina.
Mengutip laporan keuangan yang tidak disebutkan namanya, Presiden Obrador mengatakan pada konferensi pers bahwa Meksiko serta negara-negara berkembang lainnya diperkirakan akan mengalami arus masuk investasi asing yang signifikan.
Pasalnya, modal yang telah ditujukan untuk Rusia dan ekonomi lain dapat dipindahkan ke Meksiko, sebuah negara yang terletak di wilayah Amerika Utara dan berbatasan dengan Amerika Serikat (AS).
Presiden Obrador menambahkan bahwa Meksiko akan duduk di atas sebagai salah satu peluang terbaik di seluruh dunia untuk investasi asing.
“Dengan krisis ekonomi baru akibat perang ini, Meksiko telah menjadi, jika bukan yang pertama, kemudian negara kedua atau ketiga dengan peluang investasi terbanyak di dunia,” ucap Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, melansir Anadolu Agency, Selasa, 22 Maret 2022.
Selama konferensi pers, Presiden Obrador juga berbicara mengenai pembukaan Bandara Internasional Felipe Angeles – bandara internasional baru di negara itu dan salah satu proyek infrastruktur andalannya yang telah menimbulkan kontroversi dan spekulasi di industri penerbangan Meksiko.
Ia menekankan bahwa Meksiko melihat manfaat tambahan dari perang di Ukraina dan ketidakstabilan di Eropa dan dunia, karena negara-negara yang dianggap sebagai ekonomi berkembang kini telah tergusur.
“Sekarang telah terjadi perpindahan, dan untungnya, negara kita berada di tingkat pertama. Jadi ini berarti lebih banyak investasi, lebih banyak pertumbuhan, lebih banyak lapangan kerja, dan oleh karena itu penerbangan komersial dan kargo akan sepenuhnya diaktifkan kembali,” tuturnya.
Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), dunia telah mengalami guncangan ekonomi dan keuangan yang signifikan yang jika berkelanjutan, dapat mengurangi pertumbuhan PDB global lebih dari satu poin persentase pada tahun berikutnya.
Perang Rusia-Ukraina, yang pecah pada 24 Februari 2022, menuai kecaman komunitas internasional dan telah ditanggapi dengan berbagai sanksi dan kontrol ekspor Barat dan sekutu. Kejatuhan ekonomi telah diperburuk oleh eksodus perusahaan global dari Rusia.
Setidaknya 925 warga sipil dilaporkan meninggal dunia selama perang dan 1.496 terluka, menurut penghitungan PBB. Namun, badan internasional itu memperingatkan bahwa jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.