Media Jerman Sebut Habib Rizieq Shihab “Si Pengkhotbah Kebencian”

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam Muhammad Rizieq Shihab ke Tanah Air memunculkan banyak kontroversi. Hal ini juga mejadi sorotan media luar negeri, salah satu Süddeutsche Zeitung.

Media yang berbasis di Jerman ini kini tengah menjadi perbincangan hangat warganet Indonesia. Dalam sebuah artikel dirilis pada 19 November 2020 lalu, menyebutkan jika pentolan FPI itu sebagai “Si Pengkhotbah Kebencian”.

Penampakan artikel tersebut dalam bentuk koran mulanya viral di media sosial setelah diunggah akun Twitter @murt***aone1. “Kepulangan Rizieq diberitakan koran Jerman dengan Judul ‘Rueckkehr des Hassprediger’. Artinya ‘Kembalinya Si Pengkhotbah Kebencian'” tulis akun itu.

Foto: Twitter

Setelah ditelusuri, berita tersebut berjudul “Die Rückkehr des Hasspredigers” yang artinya “Kembalinya Si Pengkhotbah Kebencian”. Judul inilah yang kemudian menarik perhatian publik Indonesia.

Seperti diketahui, ucapan Rizieq Shihab memang kerap mejadi kontroversi. Ia bahkan beberapa kali dilaporkan ke pihak berwajib karena diduga melakukan penghinaan.

Dalam paragraf pertama terdapat kalimat, “Solche Worte aus dem Munde Rizieqs werden in liberalen und säkularen Kreisen Indonesiens kaum als Heilsversprechen verstanden. Vielmehr klingen sie wie eine Drohung.”

Artinya adalah, “Kata-kata yang keluar dari mulut Rizieq hampir tidak dipahami sebagai janji keselamatan di kalangan liberal dan sekuler di Indonesia. Sebaliknya, mereka terdengar seperti ancaman,” begitu tulis berita tersebut.

Lebih lajut, artikel melaporkan acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Rizieq dan pernikahan putrinya yang dihadiri sekitar 10 ribu orang. Padahal, saat ini penyebaran Covid-19 masih terjadi.

Arikel dari Süddeutsche Zeitung itu juga melansir laporan Australian Lowy Institute pula. Kepulangan Rizieq disebutkan merupakan manifestasi dari upaya pasukan Islam memposisikan diri di Pemilu 2024.

“Wie das australische Lowy Institute schreibt, manifestiert sich in der Rückkehr Rizieqs der Versuch islamistischer Kräfte, sich rechtzeitig für die Wahlen 2024 in Position zu bringen.” Yang artinya, “Seperti yang ditulis oleh Australian Lowy Institute, kembalinya Rizieq adalah manifestasi dari upaya pasukan Islam untuk memposisikan diri pada pemilu 2024.”

Pernyataan ini juga diungkapkan Ketua Presidium Barisan Masyarakat AntiKekerasan (Baskara) Henry Yosodiningrat saat menganalisis pergerakan Rizieq Shihab di Indonesia belakangan ini.

“Rizieq menyadari lah bahwa kamu itu jadi alat. Diperalat orang,” ujar Henry, Jumat 20 November 2020.

Dia juga meminta para pengikut Rizieq agar tidak terjebak pada taqlid buta mengikuti seseorang. Henry menganjurkan agar mereka mau mendengar dengan baik-baik lalu dianalisis selaraskan antara perkataan dan perbuatannya.

Dia juga meminta warga negara Indonesia tidak gampang terprovokasi. Harus diingat bahwa negara ini direbut dan dibangun dengan darah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini