MATA INDONESIA, PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyepakati perlunya de-eskalasi krisis migran di perbatasan Belarusia. Bahkan jika kedua pemimpin tidak setuju mengenai asal usul krisis, kata seorang pejabat Prancis.
Blok Barat berusaha menghentikan apa yang dikatakan sebagai kebijakan Belarusia untuk mendorong migran ke negara-negara Uni Eropa. Langkah ini merupakan pembalasan atas sanksi keras terhadap protes tahun lalu, yakni pemilihan kembali pemimpin veteran Alexander Lukashenko.
Migran – yang mayoritas berasal dari Irak dan Afghanistan, mulai muncul di perbatasan darat Belarusia. Para migran mencoba menyeberang ke negara-negara anggota UE, seperti Lithuania, Latvia, dan Polandia melalui rute yang tidak digunakan sebelumnya.
“Tujuan dari panggilan ini adalah untuk mengakhiri krisis ini,” kata seorang penasihat Macron kepada wartawan setelah panggilan telepon selama 1 jam dan 45 menit terhadap Presiden Putin, melansir Reuters, Selasa, 16 November 2021.
“Mengenai masalah migrasi, bahkan jika tidak ada konvergensi pada asal-usul krisis saat ini di perbatasan Belarusia, Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden Macron bahwa dia memahami perlunya untuk diakhiri,” sambungnya.
Sebagaimana diketahui, gelombang migran terus mencoba memasuki negara-negara UE, khususnya Polandia secara ilegal. Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki sebelumnya mengatakan bahwa eksodus migran berpotensi mengancam dan mengacaukan kawasan tersebut.