MATA INDONESIA, WASHINGTON – Investigasi yang dilakukan Pentagon terkait serangan pesawat tak berawak atau drone Amerika Serikat (AS) yang menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak di Kota Kabul, Afghanistan bukan karena kelalaian.
Untuk itu, tidak ada rekomendasi tindakan disipliner apa pun, dengan kata lain tidak ada personel militer AS yang dihukum. Investigasi ini pun menuai kecaman banyak pihak, salah satunya adalah lembaga bantuan sosial yang mempekerjakan korban.
Serangan drone kala itu menghantam mobil penuh bahan peledak, yang menurut pengakuan AS menewaskan anggota ISIS-K. Padahal faktanya serangan itu menewaskan warga sipil yang tak berdosa, yakni Zemerai Ahmadi – yang merupakan karyawan di sebuah organisasi kemanusiaan AS, dan 9 anggota keluarga lainnya, termasuk 7 anak.
Informasi intelijen mengenai mobil itu dan potensi ancamannya datang beberapa hari setelah seorang pengebom bunuh diri –yang mengaku ISIS, menewaskan 13 tentara AS dan 169 warga Afghanistan di gerbang bandara internasional Kabul.
Presiden Nutrition and Education International, Steven Kwon yang mempekerjakan Ahmadi mengatakan bahwa ia sangat kecewa dengan kesimpulan investigasi militer AS tersebut.
“Menurut Inspektur Jenderal, ada kesalahan tetapi tidak ada yang bertindak salah, dan saya bertanya-tanya, bagaimana bisa?” Kwon mengatakan dalam sebuah pernyataan, melansir KTLA5, Kamis, 4 November 2021.
“Jelas, niat militer yang baik tidak cukup ketika hasilnya adalah 10 nyawa warga sipil Afghanistan yang berharga hilang dan reputasi hancur,” sambungnya.
Laporan tersebut, yang telah disahkan oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, membuat beberapa rekomendasi yang telah diteruskan kepada para komandan di Komando Pusat AS dan Komando Operasi Khusus AS.
Ketika itu, juru bicara Pentagon, John F. Kirby mengatakan bahwa AS bekerja keras untuk menghindari korban sipil. Ia juga memastikan, Paman Sam akan transparan dalam memberikan informasi terkait korban maupun target.
“Kami sedang menyelidiki ini. Tetapi jika kami memiliki informasi yang signifikan, dapat diverifikasi bahwa kami memang mengambil nyawa orang yang tidak bersalah di sini, maka kami akan transparan tentang itu juga. Tidak ada yang ingin melihat itu terjadi,” tutur John F. Kirby.
“Kami tidak ingin melihat apa yang kami yakini sebagai ancaman yang sangat nyata terjadi, sangat spesifik dan sangat dekat terhadap Bandara Internasional Hamid Karzai dan pasukan kami. Itu adalah hal lain yang sangat kami khawatirkan,” sambungnya.