Lakukan Intervensi Stunting, Pemkot Jogja Akui Penurunan Capai 10 Persen hingga Juni 2024

Baca Juga

Pemkot Jogja berkomitmen untuk memaksimalkan peran Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dalam mengurangi prevalensi stunting di wilayah ini hingga di bawah 10 persen pada akhir 2024.

“Kami berharap capaian intervensi di akhir 2024 atau awal 2025 dapat menurunkan prevalensi stunting menjadi di bawah 10 persen,” ungkap Sarmin, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Jogja, Minggu 14 Juli 2024.

Sarmin mengungkapkan bahwa berdasarkan Data Pemantauan Status Gizi melalui Capaian Intervensi Serentak per 30 Juni 2024, prevalensi stunting di Kota Yogyakarta berada di angka 10,6 persen. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan prevalensi tahun 2023 yang mencapai 11,8 persen.

“Kami terus berupaya memberikan yang terbaik untuk menyelesaikan permasalahan stunting di Kota Yogyakarta, meskipun prevalensinya sudah menurun dibandingkan tahun lalu,” tambah Sarmin.

Penurunan prevalensi stunting di Kota Yogyakarta ini telah melampaui target nasional yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia, yang menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 14 persen pada periode 2020-2024.

Menurut Sarmin, ada 73 indikator yang dievaluasi bersama TPPS Kota Yogyakarta untuk mendukung penurunan stunting di kota ini.

Widyastuti, Penyuluh Keluarga Berencana (KB) Kecamatan Gedong Tengen, Kota Yogyakarta, menekankan bahwa penurunan angka stunting di Kota Yogyakarta memerlukan dukungan dari orang tua dan keluarga.

Widyastuti menyatakan bahwa masih banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya pemenuhan gizi dan pola asuh yang tepat untuk anak-anak mereka, yang dapat menunjang penurunan angka stunting.

“Kami telah melakukan pendampingan secara maksimal ke berbagai wilayah, namun masih ada pola asuh yang perlu ditingkatkan. Harapannya, keluarga dapat memperhatikan pemenuhan gizi seimbang untuk anak-anak mereka agar kebutuhan anak dapat terpenuhi,” jelas Widyastuti.

Selain pendampingan, Widyastuti menyebutkan bahwa di setiap wilayah dilakukan berbagai intervensi seperti pemberian asam folat, vitamin A, zat besi (Fe), Ante Natal Care (ANC) terpadu, konseling gizi, makanan tambahan untuk ibu hamil dengan kekurangan energi kronik (KEK), makanan tambahan (PMT) untuk balita, suplemen zink, imunisasi, tablet tambah darah (TTD), serta kelas calon pengantin dan skrining kesehatan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini