MATA INDONESIA, JAKARTA – Warga DKI Jakarta diimbau menggunakan masker di luar ruangan. Hal ini karena kualitas udara sangat buruk dan bisa merusak kesehatan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan konsentrasi PM2.5 yang terjadi di Jakarta dalam kurun waktu beberapa hari terakhir.
Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko mengatakan, bahwa pada beberapa hari terakhir PM2.5 mengalami lonjakan peningkatan konsentrasi. Tertinggi berada pada level 148 µg/m3. PM2.5. Dengan konsentrasi ini kategorinya kualitas udara tidak sehat.
“Hal ini terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup gelap,” kata Urip, Minggu 20 Juni 2022.
PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil. Yaitu tidak lebih dari 2,5 µm (mikrometer). Dengan ukurannya yang sangat kecil ini, PM2.5 dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan. Dan dapat menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan dan gangguan pada paru-paru.
Selain itu, PM2.5 dapat menembus jaringan peredaran darah dan terbawa oleh darah ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner.
Berdasarkan analisis BMKG, konsentrasi PM2.5 di Jakarta terpengaruh oleh berbagai sumber emisi. Baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial. Maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta.
Emisi ini dalam kondisi tertentu dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM2.5.
Selain itu, proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 terpengaruh oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain. Sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5.
Peningkatan konsentrasi PM2.5 yang berdampak pada penurunan kualitas udara di Jakarta ini memberikan pengaruh negatif pada individu yang memiliki riwayat terhadap gangguan saluran pernapasan dan kardiovaskuler.
“Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan pelindung diri seperti masker yang sesuai untuk dapat mengurangi tingkat paparan terhadap polutan udara,” kata dia.