Korea Utara Gengsi Terima Bantuan Vaksin Covid-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, PYONGYANG – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un belum lama ini mengungkapkan bahwa negaranya tengah mengalami krisis pangan. Kim bahkan tanpa ragu menyebut kondisi Korea Utara sama seperti saat kelaparan tahun 1990-an.

Selain itu, sempat menegaskan bahwa aman dan terbebas dari virus corona, Korea Utara justru kini mengakui tengah menghadapi krisis terkait pandemi virus yang telah menelan nyaris 4 juta jiwa di dunia itu.

Berdasarkan laporan, Korea Utara memutuskan untuk menerapkan lockdown ketat hingga 17 bulan ke depan. Meski demikian, sang pemimpin Kim Jong Un masih tetap gengsi menerima bantuan berupa vaksin Covid-19 dari dunia internasional.

Negosiasi yang sempat berlangsung antara Korea Utara dan Aliansi Vaksin Global (GAVI) resmi berakhir. Negara yang terletak di kawasan Asia Timur itu hanya menjalankan dua dari tujuh langkah administrative yang diperlukan.

“Jika DPRK (singkatan Korea Utara) cepat menangani dokumen-dokumennya, mereka akan mendapatkan sejumlah vaksin,” ucap seorang sumber, melansir VOA.

Sumber tersebut mengungkapkan bila saja Korea Utara menunaikan seluruh persyaratan yang diajukan oleh Gavi, distribusi bantuan vaksin akan berjalan dengan baik ke negara tersebut.

Namun, Gavi justru menyatakan hal sebaliknya bahwa perbincangan antara kedua belah pihak masih berlangsung. “Pekerjaan sedang berlangsung dan diskusi masih berlanjut dengan DPRK,” ucap juru bicara Gavi.

Rencananya Gavi akan mendistribusikan 1,7 juta dosis vaksin AstraZeneca ke Korea Utara pada Mei. Namun, pengiriman bantuan vaksin Covid-19 tersebut mengalami sejumlah kendala, salah satunya adalah kekhawatiran Korea Utara mengenai keamanan dan kemanjuran vaksin buatan Inggris itu.

Dan salah satu hambatan terbesar di negara tersebut adalah sistem perawatan kesehatan yang kuno. Fakta ini menghambat negara tersebut untuk menangani beragam jenis vaksin Covid-19 yang membutuhkan tindakan yang berbeda.

Meski demikian, seorang sumber mengatakan bahwa Korea Utara tidak berniat meningkatkan kualitas medisnya untuk mendukung distribusi vaksin. Negara ini bahkan tidak memiliki pasokan listrik yang stabil dan jaringan lemari es ultra-dingin untuk menangani vaksin seperti yang diproduksi oleh Pfizer dan Moderna.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Usai Pilkada Berjalan Demokratis, Masyarakat Harus Jaga Persatuan

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 telah dilaksanakan, pelaksanaan demokrasi tersebut berjalan dengan aman, lancar, dan demokratis sesuai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini