Konflik Conte dan Agnelli Biasa Terjadi di Sepak Bola

Baca Juga

MATA INDONESIA, TURIN – Bek Juventus, Leonardo Bonucci menilai, konflik yang terjadi antara Antonio Conte dan Andrea Agnelli biasa terjadi di sepak bola. Bonucci menyebutnya sebagai hal manusiawi.

Conte mengacungkan jari tengah ke arah Agnelli, yang merupakan presiden Juventus, saat paruh babak pertama usai. Agnelli membalas gestur Conte dengan melontarkan umpatan kasar.

Insiden itu terjadi pad leg kedua semifinal Piala Italia antara Inter Milan dan Juventus dimana laga berakhir imbang tanpa gol. Juvntus berhak lolos ke final dengan agregat 2-1 karena meraih kemenangan 2-1 pada leg pertama.

“Tidak ada yang perlu ditambahkan, gambarannya sudah jelas. Apa yang terjadi sangat buruk, tapi bukan hak saya menilai dan mengatakan apa yang terjadi. Kami harus bisa menjadi contoh, tapi terkadang itu sulit dilakukan di situasi tertentu,” kata Bonucci, dikutip dari Football Italia, Jumat 12 Februari 2021.

“Ketika bertanding, terkadang Anda tak berpikir soal situasi sekitar. Tensi tinggi permainan bisa membuat Anda melakukan sesuatu yang biasanya tak pernah dilakukan dan hal itu bisa saja terjadi,” ujarnya.

“Hal ini juga didukung dengan stadion yang kosong dimana suara Anda bisa terdengar jelas melalui mikrofon. Kami hanya manusia biasa. Kami berusaha menjadi contoh yang baik, tapi di situasi tertentu bisa membuat Anda lepas kendali. Jika stadion penuh, Anda takkan menyadarinya. Kami harus lebih hati-hati lagi di situasi seperti itu,” ungkapnya.

Beruntung bagi Conte dan Agnelli, insiden yang melibatkan keduanya tak berujung sanksi. Sementara itu, Juventus akan menantang Napoli di final Piala Italia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini