MATA INDONESIA, JAKARTA – Adriano Leite, pesepakbola yang pernah merumput di Inter Milan ini pernah diramalkan bakal mengguncang dunia sepak bola, tapi depresi atas kematian sang ayah membuatnya jatuh ke jurang kehancuran.
Tangguh, berbakat, dan mematikan di depan gawang. Ia tampil sebagai sosok yang punya segala atribut untuk mewarisi tahta Ronaldo sebagai striker terbaik Brasil di peralihan milenium. Namun, etos kerja payah dan skandal di luar lapangan tanpa henti membuat sang bomber gagal meraih potensinya.
Adriano sudah dipromosikan untuk berjaya sejak awal. Di usia mudanya, ia sudah menembus skuat utama Flamengo hingga bergabung dengan Inter Milan dengan nilai tranfser 13 juta Euro. Meskipun sempat dipinjamkan ke Parma, ia tampil mengesankan dengan mencetak 26 gol dalam 44 laga sehingga mendapat kesempatan pulang ke Nerazzurri.
Di Timnas Brasil, ia meraih sepatu emas dalam perjalanan sukses Brasil dalam menjuarai Copa America 2004. Namun, saat mendekati level bintangnya, sang striker Brasil itu menerima panggilan telepon bahwa ayahnya meninggal pada 3 Agustus 2004. Hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh Adriano.
Selain itu, Adriano hanya seorang manusia yang tidak mempunyai tujuan hidup. Kepergian sang ayah membuat kariernya kian meredup. Dua tahun kemudian, ia kedapatan berpesta di klub malam dua kali dan dicoret oleh pelatih Selecao saat itu, Dunga.
Peringatan itu berlalu begitu saja. Walau terus mencetak banyak gol bersama Inter yang meraih empat Scudetto beruntun antara 2006 sampai 2009, sang striker makin kehilangan tajinya seiring waktu bergulir.
Akhirnya, kesabaran klub habis. Sang striker dipulangkan ke Flamengo, membantu mereka meraih gelar Serie A Brasil, namun kembali ke Serie A bersama AS Roma justru menjadi musibah.
Bergabung dengan tim ibu kota Italia, Adriano tak lebih dari pemain mahal yang memalukan. Paceklik gol dimulai dan ia lebih sering berada di ruang perawatan atau berjalan-jalan di kelab malam ketimbang unjuk gigi di lapangan. Terakhir kali ia mencatatkan lebih dari 10 laga dalam semusim adalah musim 2009 hingga 2016, setelah kembali bermain bersama Miami United.
Setelah memutuskan pensiun, pada pertengahan 2019, ia pindah ke Vila Cruzeiro. Pemukiman tersebut merupakan salah satu kota kumuh yang terkenal. Di sana ia dihancurkan oleh alkohol dan obat-obatan.
Tentu saja, itu merupakan pemandangan yang menyedihkan, terutama bagi mereka yang berusaha menolongnya. Seperti Javier Zanetti, legenda Inter Milan yang pernah bermain bersama Adriano, ia berusaha untuk menyelamatkan hidup Adriano agar terhindar dari hal tersebut.
Reporter: Afif Ardiansyah