MATA INDONESIA, CANBERRA – Kedutaan Besar Afghanistan di Australia merilis serangkaian video yang menunjukkan kekejaman mengerikan yang dilakukan oleh kelompok Taliban. Dalam video yang beredar memperlihatkan bagaimana warga sipil dipukuli, disiksa, bahkan dibunuh secara tragis.
Video kebrutalan yang dilakukan oleh kelompok militan tersebut diyakini untuk mengintensifkan kampanye mereka untuk menguasai Afghanistan.
Berdasarkan pernyataan pihak Kedutaan Besar Afghanistan, para korban yang dipenggal dan ditembak mati oleh kelompok Taliban adalah pegawai negeri yang bekerja untuk pemerintah Afghanistan.
Video lain menunjukkan seorang pria – seorang warga sipil, menjadi sasaran penyiksaan brutal di lapangan umum, sementara video lainnya menunjukkan seorang perempuan dicambuk oleh tentara Taliban karena melanggar undang-undang kesopanan.
Kedutaan juga memberikan foto yang menunjukkan mayat tiga orang yang diidentifikasi sebagai pegawai negeri Afghanistan. Dalam sebuah pernyataan, pihak Kedutaan Besar Afghanistan mengatakan video itu menunjukkan kekerasan ekstrem, kekejaman yang memilukan, dan kejahatan perang mengerikan yang dilakukan oleh Taliban di daerah-daerah yang baru mereka kuasai.
“Sementara, Taliban telah mengatur untuk menggambarkan bahwa mereka telah berubah setelah menghadiri negosiasi damai, sejumlah video dengan jelas mengungkap niat, perilaku, dan dunia Taliban yang sebenarnya,” demikian pernyataan Kedutaan Besar Afghanistan di Australia, melansir ABC News, Sabtu, 17 Juli 2021.
Kelompok hak asasi manusia telah mendokumentasikan Taliban membakar rumah milik orang-orang yang mereka tuduh bekerja sama dengan pemerintah Afghanistan, sementara CNN telah memperoleh video yang menunjukkan Taliban mengeksekusi 22 tentara tak bersenjata saat mereka menyerah.
“Perilaku Taliban dengan jelas menunjukkan visi dan ambisi mereka untuk kembalinya Emirat tanpa perbedaan apa pun dari tahun 90-an. Hak asasi manusia tidak menjadi masalah bagi mereka,” sambung pernyataan tersebut.
Kelompok militan itu sekarang menguasai sebagian besar Afghanistan dan telah mengintensifkan kampanyenya dalam beberapa pekan terakhir, seperti merebut beberapa distrik utara dan barat.
Beberapa organisasi media telah melaporkan bahwa kelompok tersebut juga telah menerapkan kembali pembatasan besar-besaran terhadap pendidikan dan kebebasan perempuan di wilayah yang sekarang mereka kuasai.
Namun perwakilan Taliban di Doha – yang telah lama terlibat dalam negosiasi damai yang alot, telah membantah bahwa mereka bermaksud menindas perempuan dan mengatakan anak perempuan masih bisa bersekolah.
Mereka juga berulang kali membantah menjadikan warga sipil tak berdosa menjadi korban kekerasan atau penyiksaan.
Rodger Shanahan dari Lowy Institute mengatakan kedutaan Afghanistan di Canberra bermaksud merusak upaya Taliban untuk menampilkan dirinya sebagai entitas politik yang lebih modern dan bertanggung jawab.
“Mereka ingin melawan pesan Taliban. Salah satu hal yang diinginkan Taliban adalah legitimasi, dan Taliban mengedepankan garis bahwa mereka tidak sama seperti sebelumnya, bahwa mereka telah berubah,” ucap Shanahan.
“Pemerintah Afghanistan sedang mencoba untuk mendapatkan dukungan diplomatik, dan memastikan bahwa pemerintah daerah yang merasa nyaman dengan Taliban yang mengambil alih kekuasaan, atau yang secara longgar mengikatkan diri mereka dengan Taliban, juga terkait dengan kekejaman ini,” tuntasnya.