Kebutuhan Valas Korporasi Bakal Tekan Rupiah pada Rabu ini  

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Pelemahan mata uang rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) diramalkan masih akan kembali berlanjut pada perdagangan hari ketiga pekan ini, Rabu 28 Agustus 2019.

Adapun pada penutupan Selasa 27 Agustus 2019, posisi rupiah berada di level Rp 14.255 per dolar AS atau melemah 0,11 persen dari penutupan hari sebelumnya.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pergerakan rupiah sepanjang Rabu ini akan berkisar dari Rp 14.220 hingga Rp 14.283 per dolar AS.

Pelemahan rupiah, kata Ibrahim, akan dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar dan dalam negeri di antaranya sebagai berikut.

Pertama, adanya tanda pemulihan hubungan antara Washington dan Beijing menenangkan kegelisahan investor setelah ketegangan perdagangan akhir pekan lalu.

“Di sela-sela KTT G7, Presiden AS Donald Trump mengatakan para pejabat Cina telah menghubungi mitra dagang AS semalam dan menawarkan untuk kembali ke meja perundingan. Pernyataan ini membuat dolar AS menguat,” ujarnya dalam risetnya, Selasa sore kemarin.

Kedua, investor menilai kembali apakah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah membuat kemajuan dalam meyakinkan Uni Eropa untuk menegosiasikan kembali perjanjian Brexit.

“Johnson mengatakan pada hari Senin kemarin, bahwa ia siap untuk melakukan pembicaraan Brexit dengan Uni Eropa hingga menit terakhir sebelum batas waktu keluar 31 Oktober, dan jika perlu mengambil keputusan untuk pergi tanpa kesepakatan pada hari itu,” kata Ibrahim.

Sementara dari dalam negeri, sentimennya adalah soal tingginya kebutuhan valas korporasi yang meningkat jelang akhir bulan ini.

“Memang sedang tinggi karena keperluan untuk pembayaran utang, impor, dan sebagainya. Korporasi melepas mata uang rupiah untuk ditukarkan ke valas sehingga mata uang Tanah Air cenderung melemah,” ujar dia.

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini