MATA INDONESIA,LONDON – Perdana Menteri baru Inggris Liz Truss menyiapkan rincian akhir rencana untuk mengatasi tagihan energi yang melonjak.
Rencana tersebut diklaim dapat mengatasi inflasi namun disisi lain juga menambah hutang negara sekitar 100 miliar pound.
Pada hari pertamanya sebagai perdana menteri menggantikan Boris Johnson, Truss mengatakan kepada parlemen bahwa dia akan mendukung bisnis dan rumah tangga bersiap menghadapi resesi yang sesuai perkiraan akan terjadi akhir tahun ini.
Pound jatuh ke level terendah terhadap dolar AS sejak 1985. Ini menjadi kekhawatiran bagi para investor terhadap skala hutang yang harus dijual Inggris untuk mendanai rencana dukungan energi dan pemotongan pajak yang dijanjikan Truss.
Saat ini Truss sedang mempertimbangkan untuk membekukan tagihan energi dalam sebuah rencana yang dapat menelan biaya hingga 100 miliar pound.
Ini menjadi sebuah perubahan besar dari penolakannya terhadap ‘pemberian bantuan’ selama tahap kampanye kepemipinan Partai Konservatif.
Deutsche Bank mengatakan bahwa subsidi harga energi dan pemotongan pajak yang Truss janjikan dapat menelan 179 miliar pound.
Jumlah ini sekitar setengah dari pengeluaran yang Inggris kucurkan untuk kebutuhan mengatasi pandemi.
Melansir dari Reuters, Liz Truss mengatakan “Saya menentang pajak rejeki nomplok. Saya percaya itu adalah hal yang salah untuk menunda perusahaan berinvestasi di Inggris,” kata Truss kepada anggota parlemen.
Menurut Menteri Keuangan Inggris, Kwasi Kwarteg mengatakan bahwa pinjaman akan lebih tinggi dalam jangka pendek untuk memberikan dukungan bagi rumah tangga dan bisnis. Serta kedepan juga untuk mendanai pemotongan pajak.
Menurutnya Inggris perlu tegas dan fokus untuk melakukan berbagai hal secara berbeda. Negara perlu fokus untuk bagaimana membuka investasi bisnis dan menumbuhkan tingak perekonomian Inggris.
Saat ini pound merosot ke level terendah terhadap dolar di angka 1,1407 dolar dan juha turun hampir 1 persen terhadap Euro