Kebijakan ekonomi Pemerintah Republik Indonesia (RI) sudah sangat tepat lantaran mampu terus menjaga stabilitas dan juga pertumbuhan sektor perekonomian meski sejatinya di tengah terjadinya serba ketidakpastian global saat ini.
Meski dunia sedang mengalami ketidakpastian ekonomi global, namun nyatanya Indonesia tetap mampu terus menjaga stabilitas bahkan pertumbuhan perekonomiannya. Tentu hal itu berkat adanya kebijakan ekonomi dari Pemerintah RI dengan pendekatan dan juga analisa yang sangat tepat.
Karena apabila pemerintah kurang tepat dalam merumuskan dan mengeksekusi kebijakan ekonomi nasional, tentunya kondisi perekonomian bangsa Indonesia tidak akan sekuat dan setangguh hari ini, yang mana tetap terus tahan di tengah badai ketidakpastian global sehingga justru tetap stabil dan bertumbuh.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 16 dan 17 Juli 2024 memutuskan untuk terus mempertahankan BI rate di angka 6,25 persen, kemudian juga tidak mengubah suku bunga deposit facility 5,50 persen dan suku bunga lending facility 7 persen.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Firman Mochtar mengungkapkan bahwa adanya kebijakan tersebut bertujuan untuk terus menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian global yang terus terjadi hari ini. Selain itu, juga menjadikan neraca perdagangan Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, bahkan ekspor negeri ini juga terjadi surplus dengan pertumbuhan yang semakin positif.
Banyak pihak terus memproyeksikan bahwa perekonomian dunia masih akan terus berada di bawah tren jangka panjang dengan adanya downside risks seperti tensi geopolitik, fragmentasi geoekonomi, penguatan Dollar Amerika Serikat (AS), suku bunga tingi di negara maju dan juga pengetatan fiskal di negara maju.
Meski terjadi ketidakpastian global tersebut, namun nyatanya sama sekali tidak memberikan tekanan yang signifikan apapun terhadap perekonomian domestik. Terbukti bahwa justru ekonomi Indonesia tetap mampu tumbuh di atas ekspektasi pasar.
Pada Triwulan pertama tahun 2024, perekonomian nasional dapat tumbuh di angka 5,11 persen secara tahunan (yoy), yang mana angka tersebut lebih tinggi berbanding dengan pada Triwulan pertama tahun 2023 dan juga Triwulan keempat 2023 yang masing-masing hanya pada angka 5,04 persen.
Tidak cukup sampai di sana, namun penilaian dari berbagai lembaga rating internasional pun memberikan assesmen yang positif bahwa ketahanan ekonomi di Indonesia tetap terus terjaga dengan dukungan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa Bank Dunia (World Bank) baru saja telah menaikkan growth forecast Indonesia pada tahun 2024 dari yang sebelumnya adalah 4,9 persen manjadi 5,0 persen dan untuk tahun 2025 mendatang dari sebelumnya 4,9 persen menjadi 5,1 persen.
Di tengah berlangsungnya perekonomian dunia yang terus mengalami tekanan inflasi tinggi, inflasi di Indonesia juga terus terjaga dalam rentang target sasaran berada di bawah angka 3 persen.
Lebih lanjut, sektor riil bangsa ini juga menunjukkan prospek ekonomi yang baik serta dengan adanya aktivitas industri dan konsumsi Indonesia yang masih terjaga dengan baik. Level PMI Manufaktur Tanah Air tetap terjaga di level ekspansif selama 33 bulan berturut, serta adanya Indeks Keyakinan Konsumen yang tetap tinggi dan Indeks Penjualan Riil tetap tumbuh.
Sektor eksternal Indonesia tetap kuat dan buffer terhadap tekanan global yang sedemikian rupa ini. Neraca Perdagangan bangsa pada bulan Mei 2024 tetap mengalami surplus di angka 2,93 miliar Dollar AS dan surolus itu bahkan sudah selama 49 bulan beruntun.
Pada sektor keuangan yang berperan sebagai intermediasi penunjang fundamental ekonomi juga memperlihatkan pertumbuhan kredit perbankan tahun 2024 berada di atas 11 persen dan mampu melebihi realisasi sekitar 9 hingga 10 persen di tahun 2023.
Kredit Investasi dan Modal Kerja juga terus mengalami pertumbuhan serta Realisasi Investasi pada bulan Januari hingga Maret 2024 mengalami kenaikan sebesar 22,1 persen secara tahunan dan mencapai Rp 401,5 triliun.
Pemerintah RI melalui Bank Indonesia telah melakukan intervensi untuk terus menjaga nilai tukar melalui likuiditas valas, cadangan devisa dan BI rate. Berbanding dengan negara lain, trnyata real yield Indonesia menarik serta dengan adanya risiko yang moderat.
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa seluruh upaya pemerintah itu merupakan orkestrasi dalam rangka memberikan kejelasan dari proses transisi, utamanya yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi nasional untuk tahun 2025 diperkirakan akan berada pada kisaran angka 5,1 hingga 5,5 persen, yang mana adanya pertumbuhan itu utamanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan perbaikan daya beli masyarakat dan investasi yang juga diperkirakan akan terus meningkat melalui dukungan pemerintah dalam menggalakkan reformasi struktural.
Dengan kata lain, sebenarnya seluruh kebijakan ekonomi yang Pemerintah RI jalankan selama ini sudah sangat tepat, yang mana hal tersebut terbukti dari bagaimana kemampuan bangsa ini untuk terus menjaga stabilitas dan pertumbuhan di tengah ketidakpastian global.