MATA INDONESIA, BALI – Salah satu korban Bom Bali 2002, ia menderita luka bakar yang menghancurkan hingga 85 persen dari tubuhnya.
Korban yang bernama Fox tersebut mengatakan “Saya menyebutnya kecelakaan saya karena sangat sulit untuk mengatakan beberapa orang gila mencoba meledakkan saya.”
Dokter tidak yakin dia akan selamat dan dia sendiri mengakui bahwa dia hanya berusaha sebisa mungkin untuk dapat bertahan hidup.
Menyadari bahwa ia memiliki anak-anak yang masih kecil yang sedang menunggunya, Fox dengan berani berjuang melalui ratusan cangkok kulit, infeksi yang mengancam jiwa, dan fisioterapi yang menyiksa.
Setelah hampir satu tahun di rumah sakit, dia berhasil pulang.
Tetapi dua dekade kemudian, dia masih merasa bersalah karena fakta bahwa begitu banyak yang tidak bisa bertahan, termasuk teman baiknya Bronwyn Cartwright.
Ia mengaku bahwa rasa bersalah karena bertahan hidup merupakan suatu hal yang paling sulit untuk dijalani.
Dua orang tersebut sedang berlibur bersama pada saat ledakan. Perlu memakan waktu berminggu-minggu sebelum tubuh Bronwyn dapat teridentifikasi.
Bronwyn saat itu tewas seketika di tempat.
Fox terus merasa hancur sejak saat itu, dan untuk waktu yang lama ia bersumpah tidak akan kembali ke tempat di mana dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya.
Tapi setelah bertahun-tahun bersama rasa takut, ia akhirnya merasa siap untuk melakukan perjalanan kembali ke Bali dengan putrinya di sisinya.
Namun setelah mendarat di Bali, beban rasa bersalah yang ia pikul selama 20 tahun terakhir menjadi sangat berat untuk ditanggung.
Saat mengunjungi ground zero dari ledakan dan tugu peringatan pengeboman, Fox diliputi kesedihan, puluhan tahun penderitaannya tercurah seketika.
Menghadapi kengerian malam itu juga berarti mengucapkan perpisahan yang menyayat hati kepada temannya, di tempat mereka menyaksikan matahari terbenam di Seminyak 20 tahun lalu.
Kembali ke Bali baginya adalah cara ia mengungkapkan rasa sakit yang mendalam dari bekas luka psikologisnya. Sayangnya dia menyadari itu tidak berarti akhir dari penderitaannya.