Kamala Harris Bahas COVID-19 hingga Demokrasi dengan Presiden Macron

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris melakukan dialog dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Ia mengungkapkan komitmennya untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara.

Ini menunjukkan bahwa Harris juga mengambil peran dalam kebijakan luar negeri Paman Sam. Dalam dialog melalui sambungan telepon tersebut, Kamala dan Macron membahas mengenai banyak hal, seperti COVID-19, perubahan iklim, dan demokrasi.

“Wakil Presiden Harris dan Presiden Macron sepakat tentang perlunya kerja sama bilateral dan multilateral yang erat untuk mengatasi COVID-19, perubahan iklim, dan mendukung demokrasi di dalam negeri dan di seluruh dunia,” kata kantor wakil presiden dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters, 16 Februari 2021.

“Mereka juga membahas berbagai tantangan regional, termasuk di Timur Tengah dan Afrika, juga kebutuhan untuk menghadapi persoalan tersebut secara bersama-sama,” ucap pernyataan tersebut.

Selain Macron, Kamala juga melakukan dialog dengan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau awal bulan ini –yang menjadi panggilan pertamanya sejak didaulat menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat.

Kantor PM Kanada saat itu mengatakan, Kamala dan PM Trudeau membahas masalah pandemi COVID-19, hubungan kedua negara, dan flashback mengenai masa sekolah menengah Kamala di Montreal.

Usai panggilan telepon tersebut, Gedung Putih menggambarkan kepentingan mendalam Kanada bagi Paman Sam sebagai mitra ekonomi dan strategis.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini