MINEWS.ID, JAKARTA – Sejak masa kerajaan nusantara nama Sengkuni selalu identik dengan laku culas politisi di lingkaran kekuasaan, termasuk di era Majapahit saat dipimpin Raja Jayanegara. Akibat keculasan itu lahirlah wilayah Kabupaten Blitar sekarang.
Sengkuni dan sekutunya, Ra Kuti, menurut catatan sejarah melakukan pemberontakan yang membuat kondisi kerajaan besar dan kuat tersebut mengalami situasi tidak nyaman baik secara politik maupun sosial.
Hidup warganya dipenuhi dengan perasaan khawatir akan keselamatan diri mereka karena selama setahun sejak 1316 hidup mereka selalu diwarnai huru-hara.
Ketika kondisi Majapahit semakin tidak kondusif, Raja Jayanegara terpaksa menyelamatkan diri ke desa Bedander. Jayanegara boyong ke desa itu di bawah pengawalan ketat pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada.
Menjelang akhir tahun itu, Gajah Mada berhasil menyelamatkan Majapahit berkat siasatnya dan Jayanegara pun naik tahta kembali. Sedangkan Ra Kuti dan Sengkuni diringkus dan dihukum mati.
Jayanegara pun menghadiahi Desa Bedander yang sudah melindungi dan menyambutnya dengan hangat selama menyelamatkan diri dari kerusuhan Ra Kuti dan Sengkuni.
Hadiah itu berupa prasasti dan menjadikan desa dan wilayah Blitar tersebut menjadi daerah swatantra atau semacam daerah otonom di bawah naungan Kerajaan Majapahit.
Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada hari Minggu Pahing bulan Srawana tahun Saka 1246 atau 5 Agustus 1324 Masehi, sesuai dengan tanggal yang tercantum pada prasasti. Tanggal itulah yang akhirnya diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Blitar setiap tahun.